Sabtu 23 May 2020 23:17 WIB

Tantangan Mendapatkan Air Bersih dalam Pandemi di Afrika

Warga Afrika menghadapi krisis air di tengah ancaman pandemi Covid-19.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Warga Afrika menghadapi krisis air di tengah ancaman pandemi Covid-19. peta afrika
Foto: mkalty.org
Warga Afrika menghadapi krisis air di tengah ancaman pandemi Covid-19. peta afrika

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE – Violet Manuel dengan tergesa-gesa meninggalkan pemakaman pamannya dan mengambil dua kontainer kosong ketika dia mendengar seorang anak lelaki berlari di jalan tanah sambil berteriak, "Air, air, air!". Pria berusia 72 tahun itu bergabung dengan puluhan orang mencari jatah air per hari di kota Chitungwiza, Zimbabwe.

 

Baca Juga

"Jarak sosial di sini?" Manuel bertanya dengan getir. Dia menghela nafas lega setelah mendapat jatah 40 liter air, meski harus terbayang-bayang kemungkinan terkena virus korona.

 

Berburu jatah air ini bukan sekedar untuk memenuhi anjuran mencuci tangan semata. Manuel dan warga kota padat penduduk itu memang membutuhkan air tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 

Pilihan semacam itu menggarisbawahi tantangan pencegahan penyebaran virus korona di permukiman kumuh, kamp, dan pemukiman padat lainnya di seluruh dunia. Kondisi air bersih yang langka dan upaya bertahan hidup adalah perjuangan sehari-hari.

 

Menurut kelompok amal WaterAid, Sekitar 3 miliar orang, dari masyarakat adat di Brasil hingga desa-desa yang hancur akibat perang di Yaman utara, tidak punya tempat untuk mencuci tangan dengan sabun dan air bersih. Ada kekhawatiran bahwa dana global sedang dilarikan untuk membuat vaksin dan perawatan tanpa komitmen nyata untuk pencegahan.

 

Tim air dan sanitasi UNICEF, Gregory Bulit, mengatakan menghubungkan Covid-19 dengan akses air tidak mudah tanpa investigasi yang lebih dalam. "Namun, yang kita tahu adalah, tanpa air, risikonya meningkat," ujarnya.

 

Untuk mencuci tangan, mereka bergantung pada sumbangan hand sanitizer dan ini tidak cukup untuk mencegah. Reis dan sebagian besar penduduk lainnya jatuh sakit dengan gejala yang mirip dengan Covid-19 dalam sebulan terakhir. Kelompok riset Afrobarometer menyatakan, di seluruh wilayah Afrika, dengan kasus virus mendekati 100 ribu, setengah dari 1,3 miliar orang di benua itu harus meninggalkan rumah untuk mendapatkan air. Pasokan tersedia melalui truk atau sumur dengan antrean panjang. Kondisi ini menjadi tempat mudah untuk menularkan virus korona. 

 

Daerah terbuka yang dikelilingi blok apartemen kotor di ibukota Zimbabwe, Harare, wanita dengan kaus oranye menandai nama-nama orang yang mengambil air dari deretan keran umum yang disediakan Doctors Without Borders di pinggiran kota yang miskin. Banyak layanan di negara ini telah runtuh, bersama dengan ekonominya. 

 

Petugas promosi kebersihan untuk kelompok Doctors Without Borders, Kuda Sigobodhla mengatakan, sesi pelatihan telah diselenggarakan sebelum wabah tiba di Zimbabwe. Kondisi ini pun membuat titik distribusi air tidak menjadi pusat penyebaran penyakit. 

 

Untuk mendorong cuci tangan di beberapa bagian Afrika, kelompok bantuan menggunakan langkah-langkah seperti menempatkan cermin dan sabun di keran darurat.

 

"Kami tahu orang-orang suka bercermin ketika mereka mencuci tangan, jadi menempatkan cermin membantu," kata perwakilan dari Action Against Hunger, Bram Riems. 

 

Ketakutan juga bisa menjadi faktor pendorong melihat dari survei GeoPoll baru-baru ini. Survei tersebut menyatakan, lebih dari 70 persen orang di Afrika sangat peduli tentang virus korona. GeoPoll mensurvei 5.000 orang di 12 negara. Meski ada ketakutan akan penyebaran virus korona, investasi dalam air dan kebersihan sangat rendah.

"Dari 51 pengumuman utama dukungan keuangan dari lembaga donor ke negara-negara berkembang, hanya enam yang memasukkan penyebutan kebersihan," kata WaterAid tentang pendanaan darurat Covid-19 dari pemerintah dan kelompok-kelompok bantuan dalam dua bulan terakhir.

 

Menurut Konsorsium Infrastruktur untuk Afrika, sebuah inisiatif dari Kelompok 20 negara paling maju dan lembaga keuangan internasional, Afrika sendiri membutuhkan investasi tahunan sebesar 22 miliar dolar AS. Namun, investasi oleh pemerintah Afrika dan pemodal eksternal saat ini berkisar sekitar 8 miliar hingga 10 miliar dolar saja.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement