Netizen Diminta Saling Memaafkan

Rep: Andrian Saputra/ Red: A.Syalaby Ichsan

Ahad 24 May 2020 10:10 WIB

Empat perilaku unik pengguna Twitter saat Ramadhan. Foto: Republika Empat perilaku unik pengguna Twitter saat Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi berharap, momentum Hari Raya Idul Fitri 1441 H bisa mendorong para netizen untuk saling memaafkan dan menghentikan saling hujat. Dia mengajak agar para warga digital meninggalkan kata dan ucapan yang kasar di media sosial.

Ismail pun melihat masih banyak netizen yang mendorong kegiatan-kegiatan positif dan memberi dukungan di tengah pandemi covid-19. Semisal dengan mendorong kegiatan enterpreneur dan lainnya. 

"Saya harapkan (momentum idul Fitri) mereka bisa saling memaafkan, tapi itu kan dari hati, itu ada ketika mereka saling kenal. Paling tidak ucapan secara formatif, meski habis itu saling serang lagi," ujar dia kepada Republika.co.id beberapa waktu lalu.

Dia menilai, sifat natural netizen memang seperti itu di media sosial. Hanya, dia menggarisbawahi  gambaran besar media sosial bukan saja itu (saling hujat). Menurut dia, ada banyak netizen yang memunculkan entertainment.

"Mereka yang saling hujat itu sebenarnya sisa-sisa politik yang tidak besar tapi konsisten dan energinya tak habis dan mereka punya kelompok," kata dia. 

Sekretaris Jenderal Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Ustaz Ahmad Khusyaeri menjelaskan, berpuasa harus diartikan juga menahan diri dari hujat menghujat, menyebar fitnah dan berita hoaks di media sosial.

Ustaz Ahmad Khusyaeri menjelaskan, ini  sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari, barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya.

"Maka jelas sekali fenomena saling hujat, cacian dan makian, penyebaran fitnah dan berita hoax netizen di media sosial yang justru meningkat di saat Ramadhan di tengah pandemi covid-19, sungguh sangat disayangkan, karena jelas sekali semua itu dapat mengurangi nilai ibadah puasa, bahkan bisa melunturkannya, sehingga tidak mendapat pahala di sisi Allah," tutur dia.

Ustaz Khusyaeri menjelaskan tidak ada ucapan yang terucap, dan opini serta komentar yang tertulis di status atau media sosial kecuali semuanya ada hisab (perhitungan dan pertanggungjawaban)nya kelak di akhirat. 

"Karena itu, di tengah kita perang melawan virus corona, memasuki pengujung Ramadhan dan menyambut Hari Raya Idul Fitri, sudah seharusnya kita bersatu padu bergandengan tangan dan saling memanfaatkan. Karena ini merupakan ciri dan sifat orang bertakwa. Itu pertanda diterimanya amal ibadah puasa Ramadhan kita,"jelas dia.