Sabtu 23 May 2020 14:16 WIB

Filantropi Menjadi Kekuatan Indonesia Hadapi Wabah

Negara harus berterima kasih kepada filantropi yang menjadi tradisi muslim Indonesia

Rep: Ali Yusuf/ Red: Hiru Muhammad
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) melalui Zakat Community Development (ZCD) mendistribusikan Paket Logistik Keluarga (PLK) kepada korban banjir rob di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Foto: Baznas
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) melalui Zakat Community Development (ZCD) mendistribusikan Paket Logistik Keluarga (PLK) kepada korban banjir rob di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Syadzily mengapresiasi keberadaan lembaga-lembaga filantropi di Indonesia yang turut membantu negara menangani Covid 19. Menurutnya, filantropi adalah ketahanan Indonesia menghadapi pandemi Covid 19.

Hal itu disampaikan pada web seminar online dengan tema Idul Fitri dan Filantropi Islam yang digelar oleh Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu, (23/5).“Sesungguhnya  filantropi membawa angin segar bagi ketahanan bangsa kita dalam menghadapi Covid 19," katanya.

Menurutnya, negara harus berterima kasih kepada filantropi yang sudah terbangun dalam tradisi umat Islam Indonesia. Ada berbagai organisasi, NU, Muhammadiyah, Mathla’ul Anwar dan lain sebagainya. Mereka lahir menjadi kekuatan civil Islam yang begitu memberikan kontribusi besar secara mandiri bagi masyarakat dan tentunya negara Indonesia. "Tentu ini harus sama-sama kita rawat. Kita bangun terus menerus karena disitulah daya tahan bangsa menghadapi berbagai tantangan termasuk Covid 19”, kata Ace.

Ace mengatakan, akar kultural rakyat Indonesia sesungguhnya memiliki tradisi filantropi yang cukup tinggi. Indeks sosial kita termasuk filantropi itu sangat baik. Yang menggembirakan kita sejajar Skandinavia, seperti Norwegia, Denmark, Eslandia dan Finlandia. "Ini akar yang cukup kuat yang bisa menumbuhkan daya tahan kita sebagai sebuah bangsa. Akar ini harapan saya harus terus ditumbuhkan”, lanjut Ace.

Selanjutnya Ace juga menyebut bahwa lembaga-lembaga filantropi membutuhkan kepercayaan masyarakat dan pengelolaan yang akuntabel. Saat ini yang harus dilalukan oleh semua pihak adalah bagaimana kita semua mampu menghimpun akar kultural bangsa Indonesi yang begitu luar biasa untuk kemudian membangun trust terhadap lembaga-lembaga filantropi. 

"Saya terus terang saja kenapa saya berzakat di Sosial Trust Fund (STF) karena saya ini pernah menjadi mahasiswa sejak rektornya Pak Quraish Shihab waktu lagi mengalami krisis 98. Alhamdulillah waktu itu banyak sekali guyuran beasiswa," katanya. 

Ia menilai, apa yang dilakukan mahasiswa sekarang dalam kondisi ini sangat membutuhkan uluran tangan kita. Maka dari itu Ace mengaku zakatnya ia percayakan pada STF untuk kemudian dikelola demi kepentingan pengembangan dunia pendidikan."Saya kira trust seperti ini penting untuk dibangun lembaga-lembaga filantropi seperti STF ini," katanya. 

Ia memastikan, yang paling penting dalam pengelolaan dana umat seperti infak, zakat dan sedekah (ZIS) itu harus akutabel dan produktif baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Salah satu lembaga filantropi, yaitu Baznas memiliki potensi sangat besar dalam mengelola zakat yang dikeluarkan umat Islam. Menurut Baznas bahwa potensi zakat kita itu sangat besar yang bisa mencapai 340 triliun. "Tetapi faktualnya yang dikelola Baznas ini baru 9 triliun. Jadi masih jauh sekali," ujarnya. 

Dalam web seminar itu, Ace menyinggung pandemi Covid-19 dan meminta pemerintah konsisten dalam kebijakan penanganannya, serta tidak mengeluarkan kebijakan yang kontrversial. Selain itu, Ace juga mendesak pemerintah melakukan rapid test Covid 19 secara masal.

Pembicara lainnya, Azyumardi Azra menyebutkan jika masyarakat Indonesia pada dasarnya memiliki kemurahan hati yang tinggi. Ia menegaskan jika tingginya kemurahan hati muslim Indonesia jauh di atas negara-negara muslim lainnya.“Sesungguhnya Indonesia adalah yang paling generous (murah hati) diantara negara-negara muslim yang lain. Saya juga beberapa tahun yang lalu, sudah agak lama diwawancarai TV CNN Internasional karena mereka kaget menemukan di dalam survei mereka bahwa dari tiga negara muslim yang mereka survei ternyata muslim Indonesia itulah yang paling generous," ujar Azra.

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Amany Lubis yang juga menjadi pembicara menjelaskan filantropi adalah kebersamaan kita semua untuk saling membantu dan memberi solusi bagi permasalah yang ada. “Dalam bahasa Arab-nya, takaful ijtima’i. Jadi kita saling memberi, ya tentu ada yang menerima tapi filantropi itu fokusnya pada yang memberi. Banyak dalam panduan Islam, kita harus memberi, karena yang memberi lebih baik dari yang menerima. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”, ujar Amany.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement