Sabtu 23 May 2020 13:42 WIB

Menteri Siti: Deforestasi Indonesia Turun Tajam

Indonesia menyusun peta jalan memulihkan populasi 25 spesies langka.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya
Foto: Istimewa
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, konservasi keanekaragaman hayati telah menunjukkan laju penurunan deforestasi. Angka deforestasi yang menurun tajam padas masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi bukti komitmen pemenuhan target dan sasaran global yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati hutan.

“Deforestasi global baru-baru ini menurun hampir 40 persen dan Indonesia berkontribusi penting dalam penurunan tersebut. Deforestasi tahunan Indonesia pernah mencapai lebih dari 3,5 juta hektare dalam periode 1996 hingga 2000, namun telah turun tajam menjadi 0,44 juta dan akan terus turun di masa mendatang," kata Siti Nurbaya dalam diskusi panel State of the World’s Forests 2020 (SOFO 2020) virtual launch, Jumat (22/5).

Pertemuan virtual tersebut dihadiri 492 peserta dari negara-negara anggota FAO. Pada tingkat ekosistem, Siti menjelaskan, Indonesia memiliki 51 juta hektare kawasan lindung atau lebih dari 28 persen daratan. Angka ini belum termasuk 1,4 juta hektare hutan bernilai konservasi tinggi (HCVF) yang ada di dalam konsesi perkebunan kelapa sawit. Selain itu, ada cukup banyak di dalam konsesi hutan tanaman industri (HTI) yang diperkirakan bisa mencapai tidak kurang dari 2 juta hektare.

"KLHK bekerja keras konsolidasikan high conservation value kawasan berupa kebijakan kawasan lindung dalam upaya melakukan konektivitas habitat satwa yang terfragmentasi selama ini karena perijinan konsesi," kata Menteri Siti.

Pada tingkat spesies, Siti menjelaskan, Indonesia telah menyusun peta jalan memulihkan populasi 25 spesies target yang terancam punah. Dari 270 lokasi pemantauan, beberapa populasi spesies diketahui meningkat dalam lokasi pemantauan, seperti jalak bali, harimau sumatra, badak jawa, gajah sumatra, dan elang jawa.

Pada tingkat genetik, Indonesia telah mempromosikan bioprospeksi (bioprospecting) untuk keamanan dan kesehatan pangan, seperti Candidaspongia untuk antikanker dan gaharu untuk disinfektan yang produksinya telah ditingkatkan selama pandemi Covid-19 ini.

Capaian penurunan laju deforestasi yang signifikan di Indonesia, Siti menuturkan, tak lepas dari serangkaian tindakan korektif pemerintah di bawah arahan dan kebijakan Presiden Joko Widodo, seperti pengelolaan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melalui perbaikan peringatan dini, antisipasi, maupun mitigasi.

Selain itu, pengelolaan lahan gambut dilakukan melalui moratorium izin baru dan pemanfaatan secara tepat lahan gambut serta pengaturan muka air tanah dengan teknik hidrologi. Upaya lainnya melalui penegakan hukum terhadap kegiatan ilegal, termasuk penerapan efektif Sistem Jaminan Legalitas Hutan Indonesia yang dikenal sebagai SVLK.

Pemerintah juga melakukan moratorium izin baru pengusahaan perkebunan kelapa sawit dan pengembangan koridor satwa di area konsesi yang merupakan habitat satwa. Berbagai upaya rehabilitasi hutan dan lahan terus dilakukan dengan target mencapai 4 juta hektare selama lima tahun ini. Di samping itu, percepatan program perhutanan sosial seluas 12,7 juta ha lahan hutan dilakukan.

“Penurunan deforestasi baru-baru ini telah diakui secara internasional. Bahkan, bulan depan (Juni), pembayaran pertama di bawah kerja sama bilateral kami dengan Norwegia akan dilakukan dengan nilai 56 juta USD,” kata Menteri Siti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement