Senin 25 May 2020 19:19 WIB

Keikhlasan Nenek Kaswarni Harus Lebaran Tanpa Anak dan Cucu

Untuk menghilangkan rasa rindu, Nenek Kaswarni membuka lagi album-album foto keluarga

Rep: Febrian Fachri / Red: Agus Yulianto
Kaswarni (78 tahun)
Foto: Republika/ Febrian Fachri
Kaswarni (78 tahun)

REPUBLIKA.CO.ID, Siang itu, Rabu (20/5) Kaswarni (78 tahun) tahun sedang terlihat duduk sendirian di sebuah bangku di depan teras rumahnya. Rumah nenek Kas berada di Jorong Koto Tuo, Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Diateh, Kabupaten Solok di Sumatera Barat. Kaswarni merasa sangat gamang pada momen Ramadhan dan menjelang Idul Fitri kali ini. Biasanya sekitar seminggu sebelum Idul Fitri, rumahnya sudah mulai kedatangan satu persatu anak-anak dan cucu-cucunya dari daerah rantau.

"Sekarang rasanya agak beda. Karena corona ini, anak-anak dan cucu-cucu emak tidak bisa pulang kampung untuk lebaran. Sedih rasanya sekarang rumah ini sepi di momen mau lebaran," kata kaswarni kepada Republika di kediamannya.

Saat Republika mampir, rumah Kaswarni terlihat rapi. Nenek Kas mengaku, baru saja merapikan isi rumah termasuk merapikan dan mengelap foto-foto keluarga. Nenek Kas menyebut, beberapa hari belakangan, ia jadinya sering membuka lagi album-album foto keluarga bersama anak-anak dan cucunya untuk melepas rindu. 

Nenek Kas ingin lebaran kali ini bisa berkumpul lagi dengan keluarga besarnya di Sulit Air. Tapi, hal itu, sangat sulit terwujud kali ini karena pandemi virus corona masih harus menghalangi banyak perantau pulang ke kampung halaman untuk berlebaran.

Nenek Kas memiliki 7 orang anak. 6 orang anaknya merantau di Jakarta, 1 lagi di Malaysia. Mayoritas anak-anaknya di Jakarta, menurut Nenek Kas, bekerja sebagai pedagang di Pasar Tanah Abang. 

Sekarang karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan Pemprov DKI Jakarta, Pasar Tanah Abang tutup dan anak-anak Nenek Kas juga terdampak secara ekonomi. Nenek Kas berdoa agar pandemi corona segera berakhir. Supaya perekonomian anak-anaknya kembali pulih dan bisa pulang kampung melihat orang tuanya.

Sebelum ada PSBB, anak-anak nenek Kas berencana pulang mudik lengkap beserta cucu. Tapi, harapan keluarga Kaswarni pupus karena arus transportasi dan pergerakan orang antar daerah sekarang sangat sulit karena pemerintah sedang berupaya menahan penularan virus corona.

Nenek Kas mengatakan, berupaya mencoba ikhlas dan bersyukur. Karena sampai sekarang semua anak dan cucunya masih aman dari covid-19. Dan Nenek Kas masih mendapat kiriman uang dari anak-anaknya.

Nenek Kas justru yang kini berupaya menenangkan hati anak-anak dan cucunya di rantau agar menahan diri tidak pulang. Karena bagi Nenek Kas ikhlas berlebaran kesepian di kampung halaman asalkan semua anak dan cucunya dalam keadaan baik dan sehat di rantau.

 

"Saya pesan kepada anak-anak tetap jaga diri. Tidak apa-apa tidak pulang kampung lebaran kali ini. Emak dalam keadaan baik. Kalian anak-anak dan cucu emak tetap bertaqwa kepada Allah, jangan dirikan Sholat supaya Allah bisa lepaskan kita semua dari corona ini," ucap Nenek Kas.

Wali Nagari Sulit Air Alex Suryani mengatakan, suasana di nagarinya pada momen Ramadhan dan Idul Fitri kali ini memang sangat jauh berbeda. Sulit Air yang berada 22 kilo meter dari Danau Singkarak kini tidak terlihat mobil-mobil mewah para perantau yang pulang kampung. Biasanya setiap Idul Fitri menurut Alex 2  minggu sebelum Idul Fitri, jalanan Sulit Air sudah ramai dengan hiruk pikuk dan suasana ceria para perantau yang melepas rindu dengan keluarga di kampung.

"Sekarang para perantau tidak banyak yang pulang kampung. 85 persen warga Sulit Air ini ada di rantau. Hanya 15 persen yang ada di kampung halaman," ucap Alex.

Meski  tidak pulang kampung, menurut Alex, sumbangsih para perantau untuk kampung halaman tetap mengalir. Sejak pandemi virus corona ini berdampak kepada ekonomi masyarakat, menurut Alex sudah banyak bantuan dari perantau masuk ke Sulit Air.  Ada yang melalui organisasi Sulit Air Sepakat (SAS) ada juga melalui Usaha Pengumpulan Zakat (UPZ) dan ada juga atas nama pribadi.

Alex menyebut, sejak dulu, peranan perantau bagi Nagari Sulit Air tidak hanya untuk membentu kelhidupan keluarga dekatnya saja. Tapi, perantau Sulit Air melaui SAS sudah banyak memberikan sumbangsih pembangunan infrastruktur, sekolah, masjid, musola dan lain-lain. Sehingga momen lebaran kali ini, menurut Alex, akan tidak biasa bagi warga Sulit Air tanpa melihat kehadiran para perantau pulang kampung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement