Jumat 22 May 2020 17:25 WIB

Palembang Dihantam Angin Kencang Berkecepatan 72,2 Km/Jam

Angin kencang di Palembang merobohkan puluhan pohon dan menerbangan atap rumah warga.

Red: Nur Aini
Cuaca angin kencang. (ilustrasi)
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Cuaca angin kencang. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Kota Palembang dilanda hujan disertai angin kencang berkecepatan 38 knots atau 72,2 kilometer per jam yang merobohkan puluhan pohon dan menerbangkan atap rumah warga.

Hujan disertai angin kencang mulai mengguyur Kota Palembang, Jumat (22/5) sekitar pukul 13.00 WIB, selama satu jam pertama dilaporkan belasan pohon di dua sisi jalan protokol maupun arteri tumbang dan menghalangi laju kendaraan.

Baca Juga

"Curah hujan pukul 14.30 WIB tercatat sebesar 40 mm di Kota Palembang, kondisi hujan ini masuk dalam kategori hujan sangat lebat (>20 mm per jam)," kata Kepala Unit Analisis dan Prakiraan Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Sinta Andayani.

Beberapa titik robohnya pohon berdiameter sedang hingga besar terjadi di Jalan Demang Lebar Daun, Jalan Diponegoro, Jalan Sokarno Hatta, Kawasan 26 ilir dan Jalan POM IX. Selain itu, angin turut merobohkan papan reklame di Jalan Radial, Jalan Merdeka, Jalan Jendral Sudirman Simpang Sekip dan merusak atap rumah warga di kawasan Tangga Takat.

Hingga pukul 16.00 WIB, belum ada laporan korban jiwa akibat hujan lebat dan angin kencang tersebut. Sinta menjelaskan bahwa hujan sangat lebat disebabkan pengaruh tidak langsung dari pusat tekanan rendah dari siklon tropis mangga dan tumbuhnya tekanan udara rendah di Samudera Hindia arah Selatan Pulau Jawa.

"Kondisi ini berpengaruh menarik aliran massa udara dari Sumatera bagian utara masuk ke wilayah Sumsel," ujarnya.

Namun, ketika massa udara tersebut sampai di wilayah Sumsel terjadi perlambatan gerak akibat belokan angin, sehingga massa udara bertumpuk dan mengakibatkan hujan lebat, angin kencang serta guntur di seluruh wilayah Kota Palembang. BMKG juga memprediksi kondisi cuaca buruk masih akan berlangsung hingga tiga hari ke depan di wilayah Sumatera Selatan, sebab wilayah berpenduduk delapan juta jiwa itu tengah memasuki masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau.

Selama masa transisi akan sering muncul cuaca ekstrim seperti hujan lebat angin kencang, puting beliung dan petir. Selain itu, MJO (suklus hujan) phase 3 saat ini menyebabkan potensi pertumbuhan awan konvektif terus meningkat.

Meski merobohkan banyak pohon, namun hujan kali ini masih lebih kecil dibandingkan hujan ekstrem yang melanda Kota Palembang pada 26 Desember 2019. Saat itu BMKG menyebut kecepatan angin mencapai 89 kilometer per jam. Sementara hingga pukul 16.40 WIB hujan masih mengguyur Palembang dengan intensitas ringan dan angin normal disertai sesekali petir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement