Kreativitas Muslim Amerika Merayakan Idul Fitri

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Hafil

Jumat 22 May 2020 12:11 WIB

Kreativitas Muslim Amerika Merayakan Idul Fitri. Foto ilustrasi: Muslim Houston, Amerika Serikat, rayakan Idul Fitri dengan menggelar festival. Foto: www.onislam.net Kreativitas Muslim Amerika Merayakan Idul Fitri. Foto ilustrasi: Muslim Houston, Amerika Serikat, rayakan Idul Fitri dengan menggelar festival.

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Komunitas Muslim di Amerika Serikat(AS) akan merayakan Idul Fitri tahun ini dengan beragam cara baru. Sebab, masih diberlakukannya kebijakan jaga jarak dan penutupan masjid akibat pandemi virus corona Covid-19.

Di Negara Bagian Michigan, umat Muslim mempersiapkan program televisi yang akan menayangkan ibadah dan perayaan Idul Fitri pada Ahad pagi (24/5). Program yang diperkirakan bakal ditonton puluhan ribu orang itu akan dimulai dengan khotbah Idul Fitri oleh Imam Mohamed Almsmari dari Muslim Unity Center.

Baca Juga

"Program Idul Fitri yang disiarkan televisi adalah cara luar biasa untuk menyatukan komunitas kita dalam semangat ketika kita tidak bisa bersama secara fisik," kata Catherine Ziyad, dari Pusat Muslim Detroit, yang membantu memproduksi program tersebut.

Tayangan itu juga akan disertai ceramah dari sejumlah imam Sunni dan Syiah dari masjid-masjid di seluruh negara bagian AS. Tak ketinggalan, akan ada juga penampilan dari sejumlah pejabat terpilih, tokoh masyarakat, musisi, dan komedian.

Adapun perayaan di tengah-tengah masyarakat bakal dilakukan dengan menggelar parade mobil, pesta lewat Zoom virtual dan berbagai acara lainnya. Kegitan itu serupa dalam soal cara dengan yang dilakukan sejak Ramadhan ini, seperti buka bersama daring, ceramah daring, dan tarawih daring.

Sementra itu, Dewan Fiqih Amerika Utara meminta umat Islam untuk melaksanakan shalat Ied di rumah masing-masing bersama kelurga. Pemimpinnya, Imam Yasir Qadhi, mendorong masjid-masjid agar menyiarkan khotbah secara daring.

Ia juga meminta semua umat Muslim untuk tetap menjalankan sunah Nabi yang biasa dilaksanakan saat Idul Fitri. Yakni mandi, sarapan, mengenakan pakaian terbaik, dan melantunkan takbir.

Yayasan Qalam di Texas juga meminta umat Islam di sana melakukan hal serupa. "Kita akan menjalani Ied yang sulit dan menantang. Serupa dengan pola pikir kita saat Ramadhan, kita bisa dan harus menemukan cara untuk meraih Idul Fitri yang bergembira dan bermakna," kata pendiri yayasan, Sheikh AbdulNasir Jangda, sebagaimana dilansir Religion New Service, Jumat (22/5).

Di Illinois, Zakat Foundation of America menyelenggarakan "Eid-in-Place", sebuah pertunjukan Idul Fitri virtual. Tayangan itu akan menampilkan Imam Khalid Latif dari Universitas New York dan sederetan penghibur termasuk Frater Ali, Zainab Johnson dan Amir Sulaiman. Sedangkan The Mosque Foundation akan menggelar parade mobil untuk menyapa umat.

Di Massachusetts, meski rumah ibadah telah diizinkan buka kembali untuk 40 persen jamaah, tapi dua masjid yang dikelola Islamic Society of Boston tak akan menyelenggarakan shalat Ied berjamaah. Sabagai gantinya, akan diadakan khotbah secara daring dan parade mobil.

"Menimbang populasi Muslim dan kondisi emosi saat ini, membatasi pengunjung memasuki masjid ketika mereka menginginkan sholat Idul Fitri dapat sangat mungkin menyebabkan konflik," kata pemimpin dua masjid itu dalam pernyataan bersama.

Namun, sejumlah masjid lain memilih untuk menggelar shalat Ied berjamaah. Masjid Islamic Center of Burlington dengan diwajibakan bermasker dan menjaga jarak, hanya 135 jamaah yang boleh masuk masjid di waktu bersamaan. Sedangkan masjid Islamic Masumeen Centre of New England, para pemimpin juga berencana untuk mengadakan sholat Ied di depan umum.

Di Washington, Asosiasi Muslim Puget Sound akan memimpin sholat Ied. Tak jauh dari masjid itu, Satuan Tugas Keselamatan Keluarga Somalia akan menggelar parade mobil dengan membagikan makanan, hadiah dan permen.

Di Orlando, para relawan menyelenggarakan kontes dekorasi mobil selama kegiatan parade mobil di sana. "Libatkan anak-anak, tunjukkan kepada mereka bahwa meskipun kita tidak dapat berkumpul, kita masih bisa bersenang-senang dengan cara lain," kata panitia acara.

Di Connecticut, di mana larangan pertemuan lebih dari 250 tidak diberlakukan untuk kegiatan agama, para pemimpin Muslim memilih untuk tetap menutup masjid. "Meski terjadi penurunan kasus baru, umat Islam di negara bagian ini tidak ingin menyebabkan lonjakan kasus yang tinggi akibat pertemuan skala besar," Tark Aouadi, direktur eksekutif CAIR-Connecticut.

“Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, kami ingin mendorong anggota masyarakat untuk melakukan bagian mereka dalam membantu menghentikan penyebaran virus corona dengan mempraktikkan aturan menjaga jarak sosial dan termasuk tidak berkumpul dalam jumlah besar di masjid, pusat komunitas dan taman umum untuk Idul Fitri tahun ini,” imbuhnya.