Jumat 22 May 2020 05:28 WIB

BTPN Catat Penyaluran Kredit Rp 157 Triliun

BTPN Catat Penyaluran Kredit Rp 157 Triliun

Rep: Vina Anggita (swa.co.id)/ Red: Vina Anggita (swa.co.id)
BTPN Catat Penyaluran Kredit Rp 157 Triliun
BTPN Catat Penyaluran Kredit Rp 157 Triliun

Di tengah kondisi global yang menantang akibat pandemi Covid-19, PT Bank BTPN Tbk mencatatkan kinerja positif pada Kuartal I/2020. Hal ini tecermin dari penyaluran kredit yang tumbuh 12% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari Rp 139,8 triliun pada akhir Maret 2019 menjadi Rp 157 triliun pada akhir Maret 2020.

Direktur Utama Bank BTPN, Ongki Wanadjati Dana, mengatakan, penyaluran kredit dilakukan dengan mengedapankan prinsip kehati-hatian sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan yang berkualitas. Rasio kredit bermasalah (non-perfoming loan/NPL) tercatat relatif rendah, yaitu 0,97% (gross).

“Dengan situasi perekonomian global yang tidak menentu, ditambah perkembangan terkini penyebaran Covid-19, kami berusaha mempertahankan kinerja bank tetap positif. Hal ini merupakan bentuk komitmen kami dalam mendukung perekonomian Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip dari laman Bursa Efek Indonesia (20/05/2020).

Penyaluran kredit salah satunya ditopang segmen korporasi sebesar Rp 92 triliun. Dalam melayani kelompok nasabah ini, Menurut Ongki, pihaknya fokus menyalurkan pembiayaan melalui sejumlah sindikasi untuk proyek ketahanan energi, ketahanan pangan, serta infrastruktur.

Selain melalui sindikasi, Bank BTPN juga memberikan pinjaman secara bilateral ke perusahaan swasta nasional, badan usaha milik negara (BUMN), industri otomotif, hingga perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor.

“Pembiayaan segmen korporasi menunjukkan komitmen jangka panjang kami dan pemegang saham pengendali Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) dalam mewujudkan kesejahteraan serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan,” kata Ongki.

Adapun penyaluran kredit juga ditopang segmen kredit usaha kecil dan menengah, komersial, serta kelompok prasejahtera produktif melalui anak usaha, BTPN Syariah.

Untuk menyeimbangkan laju pertumbuhan kredit, Bank BTPN menghimpun pendanaan senilai Rp 161,2 triliun sampai akhir kuartal I/2020, atau meningkat 3% dari periode yang sama tahun lalu. Jumlah tersebut terdiri dari dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 97,1 triliun, pinjaman pihak lain Rp 57 triliun, serta pinjaman subordinasi Rp 7,1 triliun.

Dari total DPK, Bank BTPN meningkatkan porsi current account savings account (CASA) menjadi 29% pada kuartal I/2020, lebih tinggi dibandingkan porsi pada kuartal I/2019 yang sebesar 21%.

“Pertumbuhan CASA memberikan dampak positif terhadap biaya dana. Selain membuat kami lebih kompetitif, kenaikan CASA juga menunjukkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap produk simpanan yang kami tawarkan, termasuk layanan solusi life finance Jenius,” kata Ongki.

Hingga akhir Maret 2020, jumlah pengguna terdaftar Jenius mencapai lebih dari 2,5 juta nasabah, tumbuh 85% dari akhir Maret 2019 yang sebanyak 1,4 juta nasabah. Adapun jumlah simpanan (funding) melalui Jenius mencapai Rp 8,3 triliun.

"Data ini menunjukkan inovasi digital Bank BTPN mulai membuahkan hasil. Masyarakat juga semakin terbiasa menggunakan produk dan layanan digital. Kami merasa beruntung melakukan transformasi digital sejak jauh-jauh hari. Kami selalu berkeyakinan Jenius akan memainkan peran penting dalam pengembangan bisnis ritel di masa depan,” ujar Ongki.

Ongki menambahkan, dalam situasi seperti saat ini, likuiditas merupakan tantangan utama yang dihadapi industri perbankan. Bank BTPN termasuk salah satu bank yang memiliki likuiditas sangat kuat dan mencukupi untuk menopang target perusahaan. Selain mengandalkan DPK, obligasi dan pinjaman bilateral pihak lain, Bank BTPN juga mendapat sokongan dari perusahaan induk berupa standby facility sebagai sumber pendanaan.

Total fasilitas pendanaan (offshore borrowing limit facility) yang diberikan SMBC mencapai US$ 2,8 miliar (sekitar Rp 46 triliun). Kecukupan likuiditas Bank BTPN juga terlihat pada liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 212% dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 116% yang jauh di atas ketentuan minimum regulator 100%. Sebagai informasi LCR merupakan instrumen untuk menghitung rasio likuiditas jangka pendek, sedangkan NSFR untuk menghitung rasio likuiditas jangka panjang.

Pada akhir Kuartal I-2020, aset Bank BTPN mencapai Rp 199,7 triliun, tumbuh 4% secara tahunan. Adapun laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) mencapai Rp 752 miliar, meningkat 48%. Ongki menyebut, dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 22,5%, Bank BTPN masih memiliki kemampuan ekspansi yang kuat.

Terkait penanganan Covid-19, Bank BTPN juga turut memahami dampak negatif pada perekonomian dan mendukung berbagai upaya pemerintah dalam rangka meringankan beban masyarakat. Salah satunya turut memberikan relaksasi kredit kepada debitur yang kegiatan usahanya benar-benar terdampak Covid-19.

“Situasi Covid-19 ini tentu sangat menantang, termasuk bagi kami di industri perbankan. Namun kami patut syukuri pencapaian kinerja pada awal tahun ini. Tentu ini menjadi motivasi dan modal kami untuk melayani lebih banyak jutaan rakyat Indonesia,” tuturnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement