Kamis 21 May 2020 22:55 WIB

Cerita Sukses Bucks

Bucks telah membawa formula sukses seperti ini ke level baru.

Forward Milwaukee Bucks, Thanasis Antetokounmpo (kiri), melakukan rebound dijaga forward Denver Nuggets Will Barton.
Foto: AP Photo/David Zalubowski
Forward Milwaukee Bucks, Thanasis Antetokounmpo (kiri), melakukan rebound dijaga forward Denver Nuggets Will Barton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ESPN baru-baru ini melaporkan bahwa tim-tim liga bola basket profesional Amerika Serikat NBA memperkirakan otoritas liga bakal mengeluarkan sebuah pedoman sekitar 1 Juni nanti.

Jika akhirnya NBA bergulir kembali, maka paling tidak gairah sportmania global bertambah besar, apalagi jika berbicara soal siapa yang paling mungkin juara NBA nanti.

Masih terlalu jauh memang. Makin jauh lagi karena musim kompetisi juga belum tentu dilanjutkan. Namun kalaupun dilanjutkan, maka tak ada salahnya jika mata dan pikiran tertuju kepada Milwaukee Bucks.

Ini adalah tim dengan statistik terbaik dibandingkan dengan 29 tim NBA lainnya, termasuk Los Angeles Lakers yang diperkuat superstar LeBron James dan tengah memimpin klasemen Wilayah Barat.

Bucks untuk sementara memiliki catatan 53 menang dan 12 kalah, sedangkan Lakers 49 kali menang dan 14 kali kalah.

Tak hanya itu, bintang mereka, Giannis Antetokounmpo, adalah pemain terbaik atau Most Valuable Player 2019. Dia adalah pemain kedua Bucks setelah Kareem Abdul-Jabbar yang dianugerahi status sangat prestisius itu.

Di bawah Abdul-Jabbar pula Milwaukee Bucks mencatat satu-satunya sukses juara NBA pada 1971.

Kini, ketika sinyal NBA bakal melanjutkan lagi kompetisi yang mungkin saja dilangsungkan di sebuah tempat netral, Giannis berkesempatan mengulangi apa yang dijejaki Kareem Abdul-Jabbar.

Tentu saja juara bertahan Toronto Raptors dan Boston Celtics atau tim-tim lain tak akan membiarkan Bucks. Jika pun lolos, Lakers bersama LeBron James bisa menjadi ujian paling berat bagi Bucks dan Gianni dalam mengulangi prestasi Abdul-Jabbar.

Bucks menjadi salah satu tim NBA yang sudah memastikan lolos ke playoff musim ini yang merupakan kiprah Bucks ke-12 sepanjang hadir di NBA.

Playoff kali ini juga menjadi yang kedua untuk Giannis yang musim lalu membawa timnya ke final Wilayah Barat dengan status unggulan utama wilayah, namun menyerah dalam pertandingan enam gim kepada Raptors yang kemudian menjadi juara NBA edisi tahun lalu.

Ketika musim dihentikan pandemi, semua tim sudah menyelesaikan antara 63-65 laga dari seharusnya 82 laga selama satu musim reguler.

Jadi, mereka defisit 17-19 pertandingan. Bucks sendiri tinggal menuntaskan 17 laga yang ini pun sudah tak mempengaruhi kepastian ke playoff.

Yang jelas Bucks sedang bergairah dalam impian memecahkan catatan kemenangan musim reguler sebelumnya 60-22, atau melewati statistik 1971-1972 (63-19) semasa Abdul-Jabbar, atau tidak melampaui kiprahnya pada musim 1970-1971 saat Bucks juara di bawah Abdul-Jabbar.

Periode 1970-1971 sering dianggap standard keberhasilan Bucks. Saat itu Bucks menjadi juara NBA setelah masuk playoff dengan catatan musim reguler terbaik sepanjang masa, 66-16.

Chemistry

Tetapi catatan itu sepertinya tidak membuat gentar Giannis untuk mengulangi atau bahkan melampaui Abdul-Jabbar.

Kalaupun belum ke sana, penampilan dia membawa Bucks musim ini adalah luar biasa. Sangat mungkin mengulangi apa yang dicapai musim lalu, atau bahkan jauh lebih baik lagi.

Dan Giannis yang di Bucks bermain bersama adiknya, Thanasis Antetokounmpo, adalah salah satu faktor penting dalam cerita sukses Bucks musim ini.

Giannis si MVP musim lalu memang laur biasa. Dia adalah pemain NBA dengan peringkat efisiensi lemparan paling tinggi dalam sejarah kompetisi ini.

Dengan tingkat efisiensi 32,8 persen dia melewat catatan Wilt Chamberlain yang tak terpatahkan sejak 1963.

Dia memimpin timnya baik dalam perolehan poin, rebound, maupun assist, sehingga diganjar anugerah Most Valuable Player.

Namun statistik mengerikan Giannis itu juga didukung oleh hampir meratanya kemampuan pemain lain, termasuk mereka yang diturunkan kemudian sebagai pengganti.

Bayangkan, ketika Giannis cuma bisa mengemas 13 poin saat melawan Sacramento Kings pada 12 Januari tahun ini, Bucks tetap bisa menggebuk Kings dengan selisih 21 poin.

Giannis memiliki rata-rata bermain 31 menit per laga. Itu artinya ada masa 18 menit Bucks bermain tanpa dia dan bisa bermain secemerlang dia.

Dan porsi itu dipakai betul-betul oleh para pemain-pemain seperti small forward Khris Middleton, point guard Eric Bledsoe, shooting guard Wesley Matthews dan center Brook Lopez, bahkan pemain veteran mereka point guard George Hill, untuk kian memperbesar statistik Bucks.

George Hill misalnya, memimpin persentase tertinggi efektivitas lemparan tiga angka. Lopez hanya kalah dari Giannis sebagai pemain dengan defense terbaik di NBA musim ini sejauh ini.

Tetapi rahasia sejati dari sukses Bucks disebut-sebut berada di luar lapangan.

Mereka kompak, saling lapis, dan cocok satu sama lain laksana saudara sekandung, sekalipun di dalam tim ini memang ada dua pasangan kakak beradik. Mereka adalah Giannis dan Thanasis Antetokounmpo, serta Brook dan Robin Lopez.

"Mereka punya chemistry yang kuat dan kegembiraan yang mereka dapatkan di luar lapangan mereka tumpahkan selama 48 menit bermain," tulis Milwaukee Journal Sentinel.

Dan Bucks telah membawa formula sukses seperti ini ke level baru.

Khris Middleton memaparkan agak panjang fomula sukses itu.

"Jika kami menghadapi masalah dengan yang lain, kami temui mereka dan ngomong. Kami tak suka menumpahkannya kepada media atau sebangsanya. Kami suka mengatasinya di dalam ruang ganti kami sendiri dan memecahkan sendiri masalah itu," kata Middleton kepada The Atletic.

Tim-tim lain boleh diliputi drama musim in, termasuk yang dialami pemain-pemain kelas atas di Boston Celtics dan Los Angeles Lakers. Bahkan Golden State Warriors diganggu masalah masa depan Kevin Durant.

Tetapi Milwaukee tidak, kata Middleton.

Kultur baru

Middleton sendiri adalah faktor lainnya dari cerita sukses Bucks.

Dalam lamannya, majalah Forbes menulis sejak bergabung dengan Milwaukee pada 2013, Middleton dengan cepat membangun reputasinya di dalam dan di luar lapangan.

Pada musim pertamanya bersama Bucks, dia menggandakan total poin yang dia capai tahun sebelumnya setelah kemampuannya mengeksekusi lemparan naik 40 persen.

"Dari tahun ke tahun, Middleton kian bagus saja sampai kemudian berpuncak pada penampilan All-Star dan masuk All-NBA Team musim ini," tulis Forbes.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement