Kamis 21 May 2020 13:44 WIB

Jawaban Aa Gym Saat Ditanya Soal Hukum Menjodohkan Anak

Perjodohan anak hendaknya tidak mencederai salah satu pihak.

Perjodohan anak hendaknya tidak mencederai salah satu pihak. Ilustrasi Pernikahan Dini
Foto: Republika/ Wihdan
Perjodohan anak hendaknya tidak mencederai salah satu pihak. Ilustrasi Pernikahan Dini

REPUBLIKA.CO.ID,  Assalamu'alaikum Wr Wb

Aa, saya seorang Ibu yang sudah memiliki anak gadis yang sudah cukup umur untuk menikah. Alhamdulillah, saya pun sudah memiliki calon untuk dia, seorang pria yang taat beragama, sudah haji pula, ekonominya sudah mapan, dan saya kenal baik dengan keluarganya. Masalahnya, anak saya sudah memiliki calon yang menurut penilaian tidak sebaik pilihan saya. Aa, adakah jalan terbaik yang bisa membawa kemaslahatan bersama? Terima kasih atas jawabannya.

Baca Juga

Seorang Ibu di Semarang

 

 

Jawaban disampaikan KH Abdullah Gymnastiar, sebagaimana dikutip dari dokumentasi Harian Republika.

Wa'alaikumsalam Wr Wb

Perjodohan oleh orangtuanya, sedangkan anak belum siap menerima pilihan tersebut, biasanya berakhir kurang mengenakkan (kecuali bila sang anak setuju). Ada kasus, ketika nikahnya si anak (maaf) merasa diperkosa. Ia tidak bisa menerima hingga bertahun-tahun ia menderita hidup bukan dengan lelaki pilihannya. Ia pun tidak bisa menjalankan fungsi sebagai istri dengan baik dan ikhlas.

Menurut hemat saya, sebagai orangtua kita layak memberi kebebasan kepada anak kita memilih. Bukankah yang akan menikah adalah anak? Bukankah Islam memberikan kebebasan memilih dan mencela pemaksaan? Tentunya, selama pilihan itu tidak membahayakan akidah dan kehidupannya.

Selagi masih ada waktu alangkah baiknya apabila masalah ini didiskusikan bersama. Sangat baik bila kita terus memberikan input-input, melakukan diskusi yang jernih, dewasa, dan tidak bersifat memaksa, sehingga anak makin paham akan dunia yang akan diarunginya. Tekanan dan pemaksaan biasanya menjadi awal timbulnya konflik.

Aa paham bahwa Ibu melakukan semua ini karena rasa sayang. Namun alangkah lebih baik bila tidak ada yang merasa teraniaya. Bahkan, ada kasus di jaman Rasulullah SAW ketika beliau mengijinkan cerai karena si istri merasa teraniaya akibat dijodohkan.

Selain itu, tidak semua orang merasa senang dengan segala sesuatu yang serba ada. Ada keluarga yang menjadi matang karena dirintis dari bawah, dari kondisi serba kekurangan. Memang ada pula yang langsung mapan. Intinya banyak hal yang harus kita raba dari orang lain. Semoga Allah memberikan jalan terbaik bagi keluarga ibu. Aamiin

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement