Kamis 21 May 2020 11:24 WIB

Herbal untuk Atasi Disfungsi Ereksi, Ini Komentar Dokter

Lebih baik mencari pertolongan medis.

Rep: Adysha Citra Ramadani / Red: Natalia Endah Hapsari
Minuman herbal (ilustrasi)
Foto: healthline
Minuman herbal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Gangguan disfungsi ereksi (DE) merupakan ketidakmampuan laki-laki untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang sempurna untuk aktivitas seksual yang normal.

Spesialis andrologi dari RSUP Fatmawati dr Nugroho Setiawan SpAnd mengatakan, masalah DE bisa disebabkan oleh beragam faktor. Sebanyak 95 persen penyebabnya adalah organik atau gangguan kesehatan pada tubuh. Contohnya, masalah pada pembuluh darah, saraf, hormonal, struktur alat kelamin, maupun pengaruh konsumsi obat tertentu.

Beberapa obat yang dapat memicu DE adalah obat untuk masalah kejiwaan, obat hipertensi, dan obat dieuretik. Tapi, kata dia, jenis-jenis obat ini belum tentu memberi efek yang sama pada semua laki-laki. "Tidak semua obat memengaruhi semua pasien," papar Nugroho.

Sebanyak lima persen kasus DE disebabkan oleh faktor psikogenik. Tapi, laki-laki dengan DE ka rena organik juga bisa mengalami masalah psi kologis, seperti kecemasan dan ketakutan. Masalah psikologis atau faktor psikogenik ini dapat memperburuk kondisi DE yang dialaminya.

Itulah sebabnya, Nugroho mengimbau agar laki-laki dengan masalah DE segera mencari pertolongan medis, bukan dengan obat-obatan herbal atau terapi alternatif. Dia mengatakan, sebagian obat ber label 'herbal' justru memiliki respons cepat. Padahal, herbal murni membutuhkan waktu sekitar tujuh sampai 10 hari untuk memberikan respons. Jika respons obat 'herbal' ini cepat, lanjutnya, itu patut dicurigai mengandung campuran obat kimia.

Hal yang berbahaya, tambah dia, laki-laki tidak bisa mengetahui dosis obat kimia yang dicampurkan ke da lam 'herbal' itu. Padahal, obat kimia memiliki dosis maksimal yang harus diperhatikan untuk meminimalisasi efek merugikan. "Karena bahan aktif ini murah sekali, makanya banyak dicampur ke obat herbal. Yang dicampur ke obat herbal ini nggak tahu berapa, padahal ada dosis maksimal." Dari segi kedokteran, pengobatan DE harus disesuaikan dengan kondisi atau penyakit yang mendasari tim bulnya gangguan tersebut. Karenanya, pengobatan DE pada tiap pasien akan berbeda.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement