Kamis 21 May 2020 10:32 WIB

Pemerintah Siapkan Skenario New Normal, Ini Kata Pengusaha

Setiap sektor usaha menyesuaikan kebijakan pelonggaran PSBB.

Rep: Rep. Tempo (swa.co.id)/ Red: Rep. Tempo (swa.co.id)
Ilustrasi pekerja menuju tempat kerja ditengah wabah Corona (Foto: Kompas)
Ilustrasi pekerja menuju tempat kerja ditengah wabah Corona (Foto: Kompas)

Pelaku usaha menyambut rencana pemerintah untuk menetapkan tatanan hidup new normal dan hidup bersama Covid-19. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta W. Kamdani mengatakan standar operasional dan prosedur (SOP) untuk mulai berkegiatan secara terbatas tengah disusun oleh setiap sektor usaha menyesuaikan kebijakan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di masing-masing daerah.  “SOP dan protokol kesehatan harus diterapkan sebagai pra syarat sebelum dibuka kembali,” ujar Shinta, Rabu 20 Mei 2020. 

Shinta menuturkan pada dasarnya seluruh sektor usaha telah siap beroperasi kembali, baik perkantoran, ritel, hingga pusat perbelanjaan. “Kami menunggu instruksi pemerintah untuk dapat segera mulai beroperasi,” katanya. Perusahaan BUMN yang telah lebih dulu menyusun SOP dan protokol akan menjadi percontohan bagi korporasi swasta untuk memulai bekerja di tengah pandemi yang masih berlangsung seperti saat ini.

Shinta mengatakan skenario new normal membutuhkan masa transisi atau penyesuaian bagi pelaku usaha, pekerja, dan masyarakat. 

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Energi, Minyak, dan Gas, Bobby Gafur Umar menyampaikan penerapan skenario new normal tak terhindarkan, karena kondisi pelaku usaha yang kian terhimpit. “Saat ini pengusaha tetap harus bayar kewajiban seperti tagihan listrik, cicilan bank, sedangkan cashflow berenti, kalau terus begini perusahaan bisa bangkrut,” ucapnya.

Bobby mengatakan berdasarkan perhitungan asosiasi kapasitas dunia usaha untuk bertahan di tengah masa PSBB sudah semakin sulit. “Prediksi kami bulan Juni sudah susah sekali kalau ekonomi tidak segera berputar.” 

Pemberlakuan tatanan baru pun kata Bobby tak serta merta memulihkan perekonomian secara total. “Risikonya masih banyak, kalau pun dibuka nanti secara umum baru akan pulih 20-30 persen dari aktivitas normal,” katanya. “Tapi tetap butuh dibuka pelan-pelan karena supaya tidak benar-benar berhenti dan menyebabkan recovery semakin lambat.” 

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan meski aktivitas ekonomi akan bergerak kembali, kinerja perekonomian nasional tidak bisa sepenuhnya diselamatkan. Sebab, operasional dunia usaha masih bersifat terbatas sehingga pendapatan maupun konsumsi belum akan normal seperti sedia kala. 

Sumber: Tempo.co

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement