Survei: 74 Persen Warga Malaysia Rayakan Idul Fitri di Rumah

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 21 May 2020 08:36 WIB

Survei: 74 Persen Warga Malaysia Rayakan Idul Fitri di Rumah. Umat Muslim mengenakan masker dan menerapkan jarak sosial berdoa di dalam Masjid Nasional, Kuala Lumpur, Malaysia. Foto: REUTERS / Lim Huey Teng Survei: 74 Persen Warga Malaysia Rayakan Idul Fitri di Rumah. Umat Muslim mengenakan masker dan menerapkan jarak sosial berdoa di dalam Masjid Nasional, Kuala Lumpur, Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, PUTRAJAYA -- Dewan Keamanan Nasional (NSC) Malaysia menyatakan optimistis keselamatan dan kesehatan masyarakat dapat dipertahankan meski saat hari Idul Fitri. Berdasarkan survei yang dilakukan, mereka menemukan sebagian besar warganya akan merayakan Idul Fitri di rumah.

Mereka juga tidak mau membuka pintu bagi tamu atau pengunjung. Menteri Senior, Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob mengungkapkan, tiga perempat responden dari survei publik pemerintah ini menyebut tetap menjaga diri terhadap Covid-19. Sikap hati-hati tetap tertanam mesti wabah mematikan ini tampaknya telah mereda selama dua pekan terakhir.

Baca Juga

Ismail mengatakan, 74 persen dari mereka yang disurvei menunjukkan keengganan merayakan hari raya dengan orang-orang di luar rumah. Sebanyak 20 persen lainnya mengatakan akan tetap mengunjungi kerabat, sementara enam persen lainnya akan membuka rumah mereka untuk tetangga.

"Jika ini menjadi bagian dari tren, maka saya pikir mudah-mudahan kita tidak perlu terlalu khawatir," katanya saat melakukan briefing Covid-19 dewan harian, dikutip di Bernama, Selasa.

Namun, meski hanya 20 persen responden mengatakan akan membuka pintu untuk kunjungan kerabat, jumlahnya masih senilai beberapa juta. Etnis Melayu, yang secara resmi merupakan Muslim, jumlahnya hampir 70 persen dari 33 juta penduduk negara itu.

Tidak seperti negara-negara mayoritas Muslim lainnya, Idul Fitri secara budaya di negara itu berarti perayaan secara besar-besaran. Sudah menjadi kebiasaan bagi keluarga dekat dan keluarga besar mengunjungi satu sama lain. Praktik ini biasanya akan meluas dan berlangsung selama sebulan penuh.

Dengan sebagian besar kebijakan pembatasan yang diberlakukan di bawah tatanan kendali gerakan (MCO) dicabut, ada kekhawatiran peningkatan gerakan selama perayaan Hari Raya. Pergerakan masyarakat yang diperkirakan mulai berlangsung di minggu ini, dapat memicu gelombang infeksi baru.

Beberapa pakar kesehatan masyarakat telah meminta pihak berwenang untuk mengunci negara itu kembali dan melarang perayaan apa pun selain yang berasal dari rumah tangga yang sama. Namun, Kementerian Kesehatan adalah panutan bagi publik untuk mempraktikkan disiplin diri.

Direktur Jenderal Kesehatan Datuk Dr Noor Hisham Abdullah, pejabat yang memimpin perjuangan pemerintah melawan Covid-19, telah membuat orang-orang enggan merayakan secara besar-besaran dan menyuruh mereka tinggal di rumah.

Meski demikian, NSC telah memutuskan sebuah keluarga masih dapat merayakan hari raya dalam satu hari. Namun dengan catatan, tidak lebih dari 20 anggota keluarga berada di satu tempat pada suatu waktu.

Menteri Senior Datuk Seri Ismail juga mengatakan, ia berharap masyarakat yang ingin mengunjungi kerabat selama hari raya dapat menahan diri untuk tidak melakukannya. "Jika 74 persen orang mengatakan mereka hanya akan merayakan dengan anggota keluarga di rumah dan tidak membuka rumah mereka bahkan kepada keluarga besar, itulah yang sebenarnya kita harapkan," katanya.

Ia lalu menyebutkan harapannya agar masyarakat yang masuk dalam kelompok 20 dan enam persen dapat melakukan hal yang sama.