Kamis 21 May 2020 07:25 WIB

Lampung, Waspadai Cuaca Buruk Hingga 22 Mei 2020

Kondisi tersebut terjadi akibat pengaruh anomali cuaca dan peralihan pergantian musim

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini prakiraan cuaca terkait hujan lebat disertai petir dan angin kencang yang berpotensi terjadi hingga Jumat 22 Mei mendatang. Kondisi tersebut terjadi akibat pengaruh anomali cuaca dan peralihan pergantian musim atau pancaroba.

Adapun wilayah yang berpotensi mengalami cuaca buruk di antaranya Aceh, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengimbau, agar wilayah Lampung diharapkan dapat mengantisipasi dan mempersiapkan diri terkait prakiraan cuaca buruk tersebut, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. "Sampai besok di Provinsi Lampung diprediksi masih berpotensi terjadi hujan lebat, disertai angin kencang, kilat petir,” kata Dwikorita melalui siaran pers, Kamis (21/5).

Selain Lampung, wilayah lain yang diharapkan mengantisipasi dan mempersiapkan diri adalah Banten, Jawa Barat, Jabodetabek, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Gorontalo. Wilayah-wilayah tersebut diharapkan mewaspadai potensi cuaca buruk yang dapat terjadi.

Selanjutnya cuaca buruk juga berpotensi terjadi di wilayah Indonesia Tengah dan Timur, seperti Gorontalo, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

Berdasarkan data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), beberapa bencana hidrometeorologi telah terjadi bertubi-tubi di sejumlah wilayah di Indonesia sejak Selasa (19/5) dini hari. Adapun rentetan bencana tersebut meliputi, abrasi pantai yang terjadi di Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh pada Selasa (19/5), dengan sedikitnya 26 KK/82 jiwa terdampak dan sebanyak 21 rumah terdampak. Kemudian banjir bandang menerjang empat kelurahan di tiga kecamatan di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan pada Rabu (20/5) pukul 08.15 WIB.

Menurut laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Lubuk Linggau, tingi muka air pada saat kejadian mencapai 1,5 meter dan saat ini sudah berangsur-angsur surut.

Selanjutnya banjir juga merendam sedikitnya 1.042 unit rumah, 4 sarana pendidikan, 2 unit rumah ibadah, 1 sarana kesehatan, 3 unit perkantoran dan 175 hektar sawah di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada Selasa (19/5) pukul 01.00 WITA. Pada laporan yang diterima hingga Rabu (20/5) pukul 14.00 WIB, banjir bertahan dengan tinggi muka air kurang lebih 60 sentimeter.

Banjir juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kecamatan Pahunga Lodu pada Rabu (20/5) pukul 02.00 WITA. Banjir tersebut menyebabkan 2 unit rumah hanyut terbawa arus banjir, 44 unit rumah lainnya tergenang dan memaksa 230 jiwa mengungsi di Balai Desa Kaliuda.

Selain itu, banjir juga merendam 14 unit rumah dan 1 sekolah di Desa Mahanggin, Kecamatan Muaradua, Kabupaten Oku Selatan, Provinsi Sumatera Selatan pada Rabu (14/5) pukul 14.00 WIB. Banjir tersebut juga merendam 3,5 hektar sawah sehingga terancam gagal panen.

Laporan lainnya datang dari tiga desa di Kecamatan Banjar Agung (II), dan satu desa diKecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung, pada Rabu (20/5) pukul 15.30 WIB. Bahwa telah terjadi angin puting beliung dan memporak-porandakan beberapa rumah warga hingga rata dengan tanah. Peristiwa tersebut menyebabkan 2 warga meninggal dunia, 5 luka berat, 1 luka ringan dan lainnya mengungsi ke tempat saudara atau tetangga.

Laporan selanjutnya adalah banjir rob dengan tinggi muka air 1,5 meter merendam desa Mayangan, Kecamatan Legon Kulon, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat pada Rabu (20/5) pukul 17.00 WIB. Tim Reaksi Cepat Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Subang mengatakan bahwa kejadian tersebut dipicu oleh anomali cuaca.

"Dalam hal ini BNPB juga memberikan imbauan kepada masyarakat yang berada di wilayah berpotensi terjadi cuaca buruk agar dapat meningkatkan kewaspadaannya dan menyiapkan segala sesuatu yang dianggap perlu guna mengantisipasi kemungkinan hal terburuk," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati.

sumber : Mabruroh
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement