Rabu 20 May 2020 19:10 WIB

WHO Indonesia: Uji Spesimen yang Cepat Bisa Selamatkan Nyawa

Uji spesimen memakai PCR adalah gold standard dan menjadi respons efektif pandemi.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Mas Alamil Huda
WHO Perwakilan Indonesia, N Paranietharan (kiri) bersama Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto (kanan) dan Achmad Yurianto (tengah).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
WHO Perwakilan Indonesia, N Paranietharan (kiri) bersama Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto (kanan) dan Achmad Yurianto (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik penambahan tempat untuk uji spesimen virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) di Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPPOMN) dan laboratorium di empat  Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan. Pengujian spesimen yang dilakukan lebih cepat membuat banyak nyawa orang yang terinfeksi virus bisa diselamatkan.

Menurut Perwakilan WHO di Indonesia N Paranietharan, negara-negara di dunia termasuk Indonesia menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu Covid-19. Deteksi virus ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Laboratorium yang menguji spesimen menggunakan PCR adalah gold standard dan ini menjadi respons efektif pandemi ini. 

"Laboratorium ini menguji suspect (terinfeksi Covid-19) dan menilainya lebih awal dan menyelamatkan nyawa mereka," ujar dia saat konferensi video virtual, Rabu (20/5).

Kemudian di waktu bersamaan, Paranietharan melanjutkan, pemerintah juga bisa melacak identifikasi kontak siapa saja orang yang terinfeksi virus dan mengarantinanya tepat waktu. Jika pengujian spesimen terus dilakukan dan mengimplentasikan physical distancing serta cuci tangan maka Indonesia dan negara-negara secara global bisa menang melawan virus ini.

"Karena itu, saya senang ada tambahan kapasitas laboratorium milik BPOM.  Ini menjadi input variabel yang sangat baik untuk merespons pandemi Covid-19," ujarnya.

Artinya, kata Paranietharan,  BPOM bisa menjadi partner Kementerian Kesehatan supaya jadi satu kesatuan.  Uji spesimen ini dipimpin oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan dan kemudian direspons BPOM. "Memang untuk menghadapi pandemi ini membutuhkan kerja sama seluruh elemen pemerintah dan ini menjadi contoh yang baik," ujarnya.

Paranietharan berharap, vaksin Covid-19 bisa terwujud dan diproduksi tahun depan. Kemudian, BPOM sebagai partner WHO bisa mengakses mendapatkan vaksin itu.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menjelaskan, sebagai bagian dari Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, BPOM berupaya melakukan berbagai langkah sebagai bentuk dukungan terhadap Pemerintah RI dalam upaya penanganan pandemi Covid-19. Upaya preventif menjadi langkah yang sangat penting dilakukan, mengingat bahwa hingga saat ini belum ditemukan terapi yang secara spesifik dapat mengobati Covid-19. 

Salah satunya melalui pengujian laboratorium terhadap spesimen Covid-19 menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan memanfaatkan metode amplifikasi DNA virus SARS CoV-2, yang merupakan penyebab Covid-19. “Ketepatan dan kecepatan hasil uji yang valid sangat diperlukan. Semakin cepat hasil uji spesimen Covid-19, semakin cepat penanganan yang tepat dapat dilakukan,” kata Penny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement