Kamis 21 May 2020 02:30 WIB

Pasien Bangladesh Sembuh Covid-19 Berkat Kombinasi Dua Obat

Sebanyak 60 pasien Covid-19 pulih hanya dalam 4 hari pemberian kombinasi dua obat.

Rep: Puti Almas, Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Obat (ilustrasi). Tim dokter di Bangladesh mendapati 60 pasien yang diberikan Doksisiklin dan Ivermectin pulih dari Covid-19 dalam empat hari.
Foto: pxhere
Obat (ilustrasi). Tim dokter di Bangladesh mendapati 60 pasien yang diberikan Doksisiklin dan Ivermectin pulih dari Covid-19 dalam empat hari.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA — Tim dokter di Bangladesh dilaporkan telah berhasil mengobati pasien infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dengan dua obat yang biasa digunakan, yaitu Doxycycline dan Ivermectin. Kombinasi dari keduanya diberikan kepada 60 pasien dan membuat seluruhnya mengalami pemulihan penuh hanya dalam empat hari.

Tarek Alam, kepala departemen medis di Rumah Sakit Medical College Bangladesh mengatakan, sebanyak 60 pasien yang diberikan kombnasi dua obat tersebut mengalami gejala Covid-19 secara umum, seperti gangguan pernapasan dan demam. Saat ini, tim dokter sedang mempersiapkan makalah ilmiah untuk membahas efektivitas pengobatan yang akan diterbitkan untuk peer-review.

Baca Juga

Ivermectin adalah obat anti-parasit yang biasa digunakan untuk menyembuhkan infeksi cacing gelang dan termasuk golongan obat yang dikenal sebagai antihelmintik (bisa mematikan cacing dalam usus manusia). Obat ini telah mendapat persetujuan Badan Obat dan Pengawas Makanan (FDA) Bangladesh dan biasanya dikonsumsi secara oral.

Ivermectin bekerja dengan cara mengikat struktur parasit, menghambatnya menghasilkan larva, sebelum akhirnya melumpuhkan dan membunuh sepenuhnya. Efek samping yang terkait dengan obat adalah seperti lemas, muntah, sakit perut, mual, kehilangan nafsu makan dan kelelahan di antara kondisi yang relatif ringan.

 

Dalam kasus yang lebih serius, ini bisa termasuk pendarahan, kemerahan, pembengkakan, kurangnya kontrol atas buang air kecil dan buang air besar, kehilangan penglihatan, dan kejang.

Pada Maret, sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Melbourne dan Monash University di Australia menyarankan bahwa Ivermectin menunjukkan keberhasilan sebagai inhibitor Covid-19 in vitro. Studi ini mencatat bahwa satu pengobatan mampu memengaruhi penurunan hingga 5.000 kali lipat dalam virus, khususnya dalam kultur sel selama 48 jam.

Ivermectin juga merupakan obat generik yang terdaftar sebagai obat esensial Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sementara itu, Doksisiklin adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi bakteri.

Sebagai tetrasiklin, obat ini sering digunakan untuk mengobati flu dan dalam pencegahan malaria. Ini juga telah digunakan untuk mengobati jerawat dan infeksi yang disebabkan oleh kutu dan tungau. Seperti Ivermectin, obat ini juga dikonsumsi secara oral.

Efek samping yang umum ditemukan dari Doksisiklin adalah termasuk muntah, mual, kehilangan nafsu makan, ruam kulit, gatal-gatal, hingga keputihan bagi perempuan, dan diare ringan. Gejala yang lebih serius mungkin termasuk sakit perut yang parah, irama jantung yang tidak teratur, susah buang air kecil, sakit kepala parah, penyakit kuning, dan masalah penglihatan.

Pada awal April, para peneliti di Departemen Ilmu Mata dan Ilmu Visual di University of British Columbia di Kanada, menulis surat kepada editor jurnal akademik, Pharmacotherapy yang menguraikan bukti kemanjuran tetrasiklin dalam pengobatan Covid-19. Penelitian seputar virus corona jenis baru telah menunjukkan bahwa ini bergantung secara luas pada inang matrix metalloproteinases (MMP) untuk bertahan hidup, infiltrasi sel, dan replikasi.

Tetrasiklin juga disebut mampu menghambat MMP, sehingga mengurangi aktivitas virus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement