Rabu 20 May 2020 12:31 WIB

Longgarkan Lockdown, Warga Australia Bisa Berlibur Domestik

Pemerintah Australia berupaya meningkatkan ekonomi yang terpuruk.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Kabut pagi menyelimuti Jembatan Pelabuhan Sydney, Australia, Selasa (19/5). EPA-EFE/JOEL CARRETT AUSTRALIA AND NEW ZEALAND OUT
Foto: EPA-EFE/JOEL CARRETT
Kabut pagi menyelimuti Jembatan Pelabuhan Sydney, Australia, Selasa (19/5). EPA-EFE/JOEL CARRETT AUSTRALIA AND NEW ZEALAND OUT

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE - Warga Australia di New South Wales akan dapat berlibur di dalam negeri pada bulan depan. Ini merupakan upaya pemerintah Australia untuk meningkatkan ekonomi yang terpukul pandemi virus corona.

Langkah ini akan memungkinkan negara bagian New South Wales, Sydney, untuk membuka kawasan wisata di pantai selatannya. Kawasan ini rusak parah oleh kebakaran hutan besar-besaran sebelum virus itu menimbulkan kekacauan lebih lanjut.

Baca Juga

Perdana Menteri New South Wales, Gladys Berejiklian mengatakan orang masih perlu beradaptasi dengan 'new normal' karena para pejabat mempertahankan beberapa langkah sosial. "Kami ingin orang-orang menikmati diri mereka sendiri, merasa bebas, tetapi pada saat yang sama ketahuilah bahwa tidak ada yang kami lakukan adalah sama selama pandemi," katanya, Rabu (20/5).

"Kami ingin orang-orang merasa terdorong dan berharap tentang masa depan, tetapi kami juga ingin orang-orang bersikap realistis, dalam lingkungan yang aman Covid akan terlihat dan terasa sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebelum pandemi," jelasnya.

Australia telah melaporkan lebih dari 7 ribu infeksi, termasuk 100 kematian. NSW, negara yang paling terpukul, mencatat hanya empat kasus baru selama 24 jam terakhir.

Negara-negara bagian dan teritori Australia menerapkan rencana pemerintah federal tiga langkah untuk melonggarkan tindakan lockdown . Artinya, berbagai wilayah di negara itu memiliki batasan yang berbeda.

Di negara bagian Victoria, pihak berwenang menggunakan aplikasi pelacakan kontak smartphone yang kontroversial untuk pertama kalinya, untuk melacak pergerakan seseorang yang dikonfirmasi memiliki penyakit tersebut.

Hampir 6 juta warga Australia telah mengunduh aplikasi tersebut. Jumlah ini masih kurang dari 40 persen populasi yang menurut pemerintah akan menjadikannya alat yang efektif, di tengah kekhawatiran privasi tentang penggunaan data.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement