Rabu 20 May 2020 01:39 WIB

Pemerintah Diminta Pastikan Ketersediaan Pangan

Aspek produksi pangan hingga distribusinya menjadi faktor yang penting diperhatikan.

Covid-19 berdampak pada banyak aspek, termasuk pangan. Untuk itu pemerintah harus memperhatikan berbagai aspek mulai dari produksi pangan hingga distribusinya.
Foto: Antara/Basri Marzuki
Covid-19 berdampak pada banyak aspek, termasuk pangan. Untuk itu pemerintah harus memperhatikan berbagai aspek mulai dari produksi pangan hingga distribusinya.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sudah berlangsung dua bulan, namun hingga saat ini belum ada tanda yang menunjukkan angka penyebaran yang menurun. Pemerintah diminta memastikan aspek ketahanan pangan terjaga.

"Karena itu pemerintah perlu mempersiapkan berbagai hal, termasuk ketahanan pangan yang merupakan salah satu aspek terdampak Covid-19," kata Koordinator Bidang Pertanian dan Kehutanan Dewan Riset Daerah Sumatera Utara, Basyaruddin di Medan, Selasa (19/5).

Baca Juga

Ia mengatakan Covid-19 berdampak pada banyak aspek, termasuk pangan. Untuk itu pemerintah harus memperhatikan berbagai aspek mulai dari produksi pangan hingga distribusinya.

Pemerintah harus menjamin ketersediaan pangan. Karena untuk kebutuhan beras saja, Sumut membutuhkan 160 ribu ton per bulan.

Jumlah tersebut harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Maka sistem produksi haruslah sangat diperhatikan.

"Jadi di sini saya melihat ini harus dilihat secara sistemik. Ada faktor yang menentukan di sistem produksi sana, misalnya kebutuhan pupuk dalam situasi pandemi ini apakah pupuk itu cukup tersedia," katanya.

Belum lagi petani yang semangatnya menurun lantaran pandemi. Menurutnya di situlah peran penyuluh pertanian memberikan semangat. Selain itu pemerintah juga perlu memberikan stimulus kepada petani. "Kalau petani tak bekerja, tak makan kita ini," katanya.

Selanjutnya pada proses distribusi, menurutnya pemerintah harus memberi perhatian yang lebih agar tidak ada oknum yang menimbun pangan. Tidak sampai di situ, masyarakat yang selama ini menjadi konsumen juga perlu diedukasi agar dapat menghemat keperluan pangannya.

Masyarakat konsumen yang tinggal di perkotaan juga perlu diedukasi agar dapat berpartisipasi bertani atau berkebun di pekarangan rumahnya masing-masing. Jika bahan pangan kurang, menurut Basyaruddin, bisa saja mengganti (diversifikasi) bahan makanan dari yang selama ini dikonsumsi masyarakat ke bahan makanan seperti ubi atau jagung.

Namun masyarakat juga harus diedukasi terlebih dahulu sebelum melakukan hal tersebut. "Itu perlu latihan juga, misalnya kita di Medan kalau sudah makan pagi sudah sarapan dengan mi instan, tapi kita masih menganggap itu belum makan. Untuk menggeser peranan beras menjadi ubi atau jagung ini perlu juga edukasinya kembali," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement