Senin 18 May 2020 09:54 WIB

DD Bangun Ketahanan Pangan Berbasis Masyarakat Pesantren

DD sangat mendukung pengembangan potensi ekonomi masyarakat pesantren di pedesaan.

Dompet Dhuafa sebagai lembaga pemberdaya berbasis pengelolaan dana ziswaf sangat mendukung pengembangan potensi masyarakat pesantren di pedesaan.
Foto: dompet dhuafa
Dompet Dhuafa sebagai lembaga pemberdaya berbasis pengelolaan dana ziswaf sangat mendukung pengembangan potensi masyarakat pesantren di pedesaan.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Optimalisasi potensi lokal dalam rangka antisipasi pandemik yang berkepanjangan menjadi perhatian besar yang harus terus dibangun. Mengembalikan budaya dan kearifan lokal di bidang pertanian maupun peternakan berbasis komunitas masyarakat sangat penting untuk program berkelanjutan. Dompet Dhuafa sebagai lembaga pemberdaya melihat ini sebagai hal utama yang harus menjadi fokus pengembangannya. 

Dalam rangka mengembangkan sumber daya pangan untuk kebutuhan pokok masyarakat, perlu dijalin kolaborasi besar yang berdaya saing kuat agar tercipta peluang-peluang kemakmuran bagi mereka. 

“Dompet Dhuafa sebagai lembaga pemberdaya berbasis pengelolaan dana ziswaf sangat mendukung pengembangan potensi masyarakat pesantren di pedesaan. Kita perlu mendukung dan mendorong terciptanya usaha-usaha yang mengarah pada pengembangan potensi ekonomi masyarakat. Sektor riil pertanian sebagai usaha dasar masyarakat Indonesia dan menjadi kebutuhan pokok sehari-hari harus terus dibudidayakan. Kondisi pemberlakuan sosial berskala besar (PSBB) membuat kita aktif di dunia digital. Hal ini menjadi peluang berbagi ilmu dalam keseharian kita yang juga dapat menciptakan captive market bagi hasil produksi masyarakat,” tutur Guntur Subagja selaku Direktur Social Enterprise DD.

Dompet Dhuafa melalui Social Trust Fund (STF) bersama Ok Oce dan Pondok Pesantren Alam (PPA) al-Muhtadin membangun sinergi ketahanan pangan di Desa Ciracap, Sukabumi, Jawa Barat, dalam masa pandemi ini sebagai program ketahanan pangan yang berbasis masyarakat pesantren dan petani binaan. Langkah ini sebagai solusi mengatasi dampak pandemik Covid-19 di desa.

"Kerja sama ini mencakup luas kurang lebih 50 ha sawah irigasi dengan 10 kelompok tani binaan. Setiap kelompok terdiri atas 10-20 KK. Dengan hasil maksimal per hektar dikisaran 6-7 ton sekali panen dalam kurun 3 bulan. Sehingga dalam setahun bisa produksi 3 kali. Dengan asumsi 7 ton x 50 ha x 3 kali, sekitar 1.050 ton per tahunnya. Semuanya dikelola oleh para santri dan petani pemberdaya," kata Guntur menambahkan.

Kolaborasi besar di tengah suasana pandemi akibat Covid-19 yang cukup panjang ini bisa menjadi solusi bagi masyarakat luas. Hasil produksi yang bagus diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan kemandirian ekonomi bagi masyarakat pedesaan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement