Ahad 17 May 2020 19:05 WIB

Pemkot Solo Karantina Dua RT di Joyotakan

Sebanyak 90 keluarga sempat kontak dengan pasien kasus-25 di Solo.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Andri Saubani
Warga mengantre untuk mendapatkan Bantuan Sosial Tunai (BST) saat penyaluran di Kantor Kelurahan Banyuanyar, Solo, Jawa Tengah, Jumat (15/5). (ilustrasi)
Foto: ANTARA/MOHAMMAD AYUDHA
Warga mengantre untuk mendapatkan Bantuan Sosial Tunai (BST) saat penyaluran di Kantor Kelurahan Banyuanyar, Solo, Jawa Tengah, Jumat (15/5). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo melakukan karantina wilayah di dua rukun tetangga (RT) di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan. Sebanyak 90 keluarga di wilayah tersebut menjalani karantina mandiri di rumah masing-masing sejak Sabtu (16/5).

Sembilan puluh keluarga tersebut diketahui sempat berkontak dengan pasien positif Covid-19 yang merupakan pasien ke-25 yang saat ini dirawat di rumah sakit. Para warga diminta tidak keluar dari area tersebut dan warga dari luar dilarang masuk untuk mencegah persebaran virus Corona atau Covid-19.

Baca Juga

Pasien tersebut diduga menjadi super spreader setelah tujuh orang kontak erat menunjukkan hasil reaktif pada rapid test dan dinyatakan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP). Kemudian pada Ahad (17/5), hasil rapid test bertambah tiga sehingga menjadi 10 orang. Sebelumnya, pasien positif itu juga melakukan kontak dengan warga lainnya saat sholat tarawih berjamaah di masjid di kawasan tersebut.

Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan karantina wilayah di dua RT tersebut dilakukan selama 14 hari. "Petugas dari TNI, Polri dan masyarakat akan berjaga di pintu masuk," jelasnya kepada wartawan, Sabtu (16/5).

Menurutnya, Pemkot telah berkomunikasi dengan puluhan keluarga tersebut. Hasilnya, tidak ada yang menolak untuk karantina wilayah. Nantinya, Pemkot akan menyediakan logistik untuk warga di dua RT tersebut.

"Kami tidak mengekang hak masyarakat, tetapi kami berupaya menekan persebaran. Mereka juga mengerti, paham situasinya," imbuhnya.

Sementara itu, Lurah Joyotakan, Purbowinoto, mengatakan, 90 keluarga tersebut dikarantina seluruhnya. Sebab, pasien positif dan tujuh orang PDP berada dalam satu kawasan permukiman padat.

"Itu dua blok wilayah padat, karena kalau hanya dua rumah kan tidak memungkinkan," ujarnya kepada wartawan, Ahad (17/5).

Meurutnya, Pemkot menyuplai bahan pokok dan memastikan kebutuhan seluruh warga terpenuhi. Dia mengklain, ratusan warga dari 90 keluarga tersebut tertib menjalani karantina mandiri. Tujuh akses keluar masuk di dua RT tersebht dijaga ketat oleh petugas dari TNI, Polri, organisasi masyarakat (ormas), dan masyarakat sekitar.

"Petugas juga rutin memantau kondisi kesehatan seluruh warga dengan berkeliling dari rumah ke rumah," ungkapnya.

Purbowinoto menyatakan, pasien positif Corona berusia 63 tahun di wilayahnya tersebut tidak tertular saat mengikuti sholat tarawih. Sebab, pasien tersebut sudah menjadi PDP sebelum bulan puasa.

"Namun, dia memang rutin sholat berjamaah di masjid dekat rumahnya itu. Masjid tersebut tidak dibuka untuk warga luar, tapi hanya lingkungan sekitar. Mereka juga menjalani protokol kesehatan sebelum dan sesudah aktivitas. Jadi kalau tampak dari luar, masjid itu tidak ada aktivitas," terang Purbowinoto.

Sementara itu, dari 10 PDP di dua RT di kelurahan Joyotakan tersebut, baru dua orang yang hasil swab polymerase chain reaction (PCR) keluar dan dinyatakan positif Covid-19. Kedua kontak erat tersebut diketahui masih berusia di bawah lima tahun (balita).

Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani, mengatakan hasil uji swab baru keluar dua karena mengantre. Tujuh spesimen reaktif tersebut sudah diserahkan ke laboratorium RS UNS (Universitas Sebelas Maret) UNS Solo.

"Pasien ke-28 dan ke-29 ini masing-masing berumur satu tahun dan dua tahun. Didahulukan ujinya mungkin karena anak-anak. Mereka dirawat di RSUD Bung Karno bersama orang tuanya," terangnya, Ahad.

Menurut Ahyani, dua balita tersebut masih satu keluarga dengan pasien positif ke-25. Sehingga, ada kemungkinan orang terdekatnya juga positif Corona. Selain itu, ada kemungkinan dua balita itu dititipkan ke tetangga sekitar sebelum berstatus pasien dalam pengawasan (PDP).

"Rantainya panjang, anak-anak dititipkan ke sana, ke sini. Tetangga sekitar akan diambil spesimennya untuk memastikan status mereka," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement