Ahad 17 May 2020 15:00 WIB

PSBB Segera Berakhir, Jabar Terapkan Lima Level Kewaspadaan

PSBB di Jabar disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andri Saubani
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) memperkenalkan dua alat tes COVID-19 hasil penelitian Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), yakni Rapid Test 2.0 dan Surface Plasmon Resonance (SPR), di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatikan Unpad, Kota Bandung, Kamis (14/5)
Foto: Humas Pemprov Jawa Barat
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) memperkenalkan dua alat tes COVID-19 hasil penelitian Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), yakni Rapid Test 2.0 dan Surface Plasmon Resonance (SPR), di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatikan Unpad, Kota Bandung, Kamis (14/5)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil memaparkan evaluasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Tingkat Provinsi yang akan berakhir pada Rabu, 19 Mei 2020. Ridwan Kamil menegaskan, meskipun PSBB disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah, Pemerintah Provinsi Jabar tidak akan menurunkan level pengawasan.

Level pengawasan, khususnya menjelang hari Raya Idulfitri 1441 H atau Lebaran 2020 yakan dilakukan sesuai dengan zona atau level kewaspadaan di daerah masing-masing. Ridwan Kamil menjelaskan, Jabar akan memiliki lima level kewaspadaan.

Baca Juga

Level 5 atau Zona Hitam (Kritis), Level 4 atau Zona Merah (Berat) yakni kondisi PSBB saat ini, Level 3 atau Zona Kuning (Cukup Berat), Level 2 atau Zona Biru (Moderat) menunjukkan wilayah yang perlu melaksanakan physical distancing, dan Level 1 atau Zona Hijau (Rendah) yakni kondisi normal.

Nah, kepada yang mereka yang termasuk ke dalam level biru, maka kebijakan bisa lebih longgar, dengan tetap menjauhi kerumunan dan ada protokol kesehatan, tapi kegiatan sudah bisa 100 persen," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil akhir pekan ini.

Menurutnya, jika masih level merah seperti sekarang, kegiatan ekonomi atau apa pun dibatasi hanya 30 persen. Emil pun merekomendasikan kepada kabupaten/kota yang masih ada di Level 4 atau Zona Merah untuk tetap melakukan PSBB secara penuh. Namun, kepada kabupaten/kota yang sudah termasuk Zona Kuning dan Biru bisa melakukan PSBB parsial.

“Hampir semua yang namanya kota (di Jabar) itu masuk yang level merah, kecuali Kota Bandung, sudah masuk kategori level kuning atau level tiga dari lima level itu,” kata Emil.

Oleh karena itu, kata dia, rekomendasinya kepada 50 persen dari 27 kota/kabupaten yang kategorinya masih merah atau Level 4, merekomendasikan untuk melanjutkan PSBB secara penuh. "Tapi kepada Zona Kuning dan Biru kami merekomendasi pilihan melakukan PSBB parsial,” katanya.

Emil mengatakan, ukuran keberhasilan PSBB juga bisa diukur dengan turunnya pasien terkonfirmasi positif sambil terus melakukan peningkatan jumlah tes masif.

"Kita sedang mengejar 300 ribu pengetesan dalam waktu secepatnya,” kata Emil.

Kepada para bupati/wali kota, Emil juga mengatakan, secara umum tren Jabar dalam menangani pandemi ini cukup positif. Di antaranya merujuk jumlah pasien di rumah sakit yang menurun sejak akhir April, angka kematian menurun, serta tingkat kesembuhan naik dua kali lipat.

"Saya ucapkan terima kasih kepada semua pemimpin daerah yang sudah sinkronisasi terkait apa yang kita kerjakan, sehingga kita di Jawa Barat bisa satu frekuensi,” katanya.

Meski begitu, Emil juga meminta kepala daerah untuk tetap mewaspadai potensi adanya Orang Tanpa Gejala (OTG) dari para pemudik. Emil mengatakan, ada kemungkinan kedatangan 300 ribu pemudik ke Jabar. Hal itu dinilai bisa merusak tren positif penanganan Covid-19.

“Jika tren positif ini digagalkan oleh datangnya potensi-potensi OTG atau pemudik yang jumlahnya diperkirakan ada sekitar 300 ribu, itu akan mengganggu tren menggembirakan yang ada di Jawa Barat,” papar Emil.

Emil pun mengucapkan terima kasih atas kerja keras tenaga kesehatan karena pasien yang sembuh jumlahnya dua kali lipat lebih banyak. Jadi, tinggal mewaspadai yang namanya pemudik sebagai potensi persebaran baru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement