Sabtu 16 May 2020 15:21 WIB

Guru yang Bahagia dan Fokus, Kunci  Mencerdaskan Anak 

Orang tua perlu tahu 6 aspek perkembangan anak usia dini yang perlu dikembangkan.

Alifa Kids Centre  menggelar diskusi online bertema Bahagia itu mencerdaskan, Kamis (15/5).
Foto: Dok Alifa Kids Centre
Alifa Kids Centre menggelar diskusi online bertema Bahagia itu mencerdaskan, Kamis (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Alifa Kids Centre  menggelar diskusi online bertema “Bahagia itu mencerdaskan”, Kamis (15/5). Diskusi menghadirkan dua nara sumber. Keduanya adalah Sukiman, pengembang Teknologi Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kemdikdud;  dan Eka Putri Handayani, direktur Alifa Kids Centre dan Praktisi PAUD.

Sukiman menyampaikan paparan berjudul Pembelajaran Anak PAUD oleh Orang Tua di Era Pandemi Covid-19. Ia mengatakan,  menurut teori neuroscience (teori perkembangan otak), bahagia adalah prasyarat untuk anak bisa belajar dengan baik. “Bahagia menyebabkan sistem limbik (pusat emosi) anak akan terbuka sehingga siap untuk menerima berbagai pembelajaran,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Mengutip Motenssori, ia menguraikan bahwa, “bagian terpenting dari kehidupan bukanlah di universitas, tetapi pada periode awal anak dilahirkan dari usia0 sampai dengan 6 tahun, karena pada masa ini seluruh instrumen besar manusia terbentuk. Pada kurun waktuini juga masa yang kritis dan tidak akan terulang lagi.” 

Pengembang teknologi pembelajaran PAUD Kemdikbud ini menambahkan, harapan setiap orang tua tentu menginginkan agar anaknya berkembang menjadi anak yang berakhlak mulia, sehat, cerdas, tangguh, bahagia, dan berguna bagi sesama.“Setiap anak memiliki potensi untuk menjadi anak hebat, namun mereka membutuhkan bimbingan orang tua, guru, dan para ahli. Orang tua selain mendampingi dan memilih  pendidikan yang tepat merupakan jalan terbaik untuk membekali anak agar menjadiorang hebat,” imbuhnya.

Kenapa anak sedini mungkin harus belajar? Sesungguhnya ketika anak dilahirkan ia sudah siap untuk belajar. Hal ini dibuktikan melalui metode persalinan dengan inisiasi menyusui dini (IMD). Anak yang baru lahir diletakkan di atas perut ibunya, anak akan bergerak sendiri dengan instingnya mencari puting susu ibunya. Ini adalah contoh proses belajar yang pertama.

“Biarkan anak menemukan sendiri kemampuannya, dari awalnya bisa miring, berguling, tengkurap, akhirnya bisa merangkak, mulai duduk, dan sebagainya. Semuanya tanpa diajari oleh orang tua. Secara naluri sesuai dengan tahapannya anak akhirnya bisa, dan itulah sesungguhnya belajar pada anak. Jadi sebaiknya anak-anak menemukan dan mengeksplorasi sendiri sampai akhirnya dia menemukan cara belajar dan menemukan pengetahuan baru,” tegasnya.

Sukiman menambahkan, orang tua juga perlu mengetahui enam  aspek perkembangan yang perlu dikembangkan untuk anak usia dini, yaitu nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. “Orang tua dan anak dapat melakukan kegiatan bersamauntuk merangsang enam  aspek perkembangan tersebut. Mulai dari membiasakan anak mengikuti kegiatan beribadah sehari-hari, membiasakan anak melakukan aktivitas fisik,membuat anak untuk selalu berpikir dengan menjawab keingintahuan anak, memasak, bersih-bersih rumah, bermain petak-umpet, lempar bola, dan tebak-tebakan, hingga bernyanyi, menari, dan menggambar,” papar Sukiman.

Eka Putri Handayani yang berbicara tentang Bahagia itu Mencerdaskan menyampaikan pandangannya tentang anak usia dini. Senada dengan Sukiman, Eka menekankan bahwa usia dini adalah masa  anak benar-benar menikmati bermain dan bersenang-senang bersama teman, guru, dan orang tua. “Hal ini yang harus dipahami dengan baik oleh guru, orang tua, dan orang dewasa lainnya. Dunia anak adalah dunia bermain,” tegasnya.

Direktur Alifa Kids Centre ini juga menekankan upaya untuk mencerdaskan anak dimulai dari pribadi guru yang bahagia dengan profesinya dan fokus pada kebahagiaan anak. “Guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan otoritas penuh kepada anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk membuktikan dirinya sebagai pemimpin,” ujarnya.

Eka mengemukakan, guru memegang peranan signifikan untuk mewujudkan bahagia adalah kunci untuk mencerdaskan anak. “Karenanya, guru harus mengajar dengan hati dan sepenuh hati sehingga mampu menciptakan suasana pembelajaran rileks dan menyenangkan. Guru harus memiliki pemahaman yang baik terhadap kurikulum dan kreatif menggunakan media pembelajaran,” tuturnya.

Aspek lain pendukung bahagia yang mencerdaskan adalah orang tua dan lingkungan. Eka menegaskan orang tua juga wajib mengetahui enam  aspek perkembangan anak sehingga tidak hanya fokus pada aspek bahasa dengan menuntut anak harus bisa baca tulis. “Padahal banyak aspek penting lainnya perlu mendapatkan stimulasi untuk menunjang kesuksesan anak di masa depan. Untuk itu guru dan orang tua harus berkolaborasi untukpendidikan yang terbaik bagi anaknya,” pungkasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement