Sabtu 16 May 2020 06:35 WIB

Pemburu Gelap Hewan Dilindungi Manfaatkan Pandemi di Afrika

Ada kekhawatiran lebih banyak satwa liar langka di Afrika yang akan dibunuh.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Safari gajah Afrika
Foto: flickr
Safari gajah Afrika

REPUBLIKA.CO.ID, NANYUKI -- Pemburu gelap di Afrika semakin mengganas mencari satwa liar saat pandemi virus korona menyebar. Kondisi ini semakin berat untuk tugas petugas keamanan dalam melakukan penjagaan.

Konservasionis di seluruh Afrika sekarang memantau untuk melihat pemburu liar mencoba mengambil keuntungan. Ada kekhawatiran lebih banyak satwa liar langka akan dibunuh. 

Baca Juga

"Kami lebih waspada karena mungkin lebih banyak pemburu akan menggunakan waktu ini untuk datang untuk memburu," kata pemandu patroli dan kepala unit anjing di Ol Pejeta Conservancy di Kenya, John Tekeles.

Dengan hilangnya turis membuat pemasukan beberapa orang terputus. Kondisi ini membuat hewan terancam punah seperti badak hitam menjadi jauh lebih sulit untuk dijaga karena banyak warga menjadi pemburu gelap. Mereka putus asa mencari nafkah, sehingga menjadi lebih berani.

Badak telah lama di bawah ancaman pemburu untuk mendapatkan tanduk dalam memasok perdagangan ilegal. Adanya pandemi Covid-19 dapat meningkatkan perburuan hewan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Laporan pada Maret oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan, jumlah badak hitam di Afrika perlahan-lahan meningkat meskipun spesiesnya tetap terancam punah. Hanya saja, dengan perburuan semakin meningkat, maka bisa saja jumlahnya akn ikut menurun.

Ol Pejeta adalah rumah bagi lebih dari 130 badak hitam, populasi tunggal terbesar di Afrika Timur dan Tengah. Untuk melindungi satwa ini pun cukup mahal, Ol Pejeta menghabiskan sekitar 10.000 dolar AS per tahun per badak untuk perlindungan, dan dalam beberapa kasus mendekati 2 juta dolar per tahun.

"Pada masa Covid, ketika pariwisata telah sepenuhnya berhenti, di mana sebagian besar pendapatan kita berasal dari pariwisata, pendapatan yang kita butuhkan untuk melindungi badak berasal dari pariwisata, itu adalah bencana total," kata direktur pelaksana konservasi Ol Pejeta, Richard Vigne.

Konservasi mengharapkan mendapatkan 3 juta hingga 4 juta dolar AS dalam tahun ini. Hanya saja pandemi membuat harapan itu sangat sulit untuk dicapai. "Kemampuan kita untuk menjaga badak terganggu," kata Vigne.

sumber : AP
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement