Jumat 15 May 2020 17:36 WIB

Baitul Wakaf Kupas Wakaf Spiritual dan Social Responsibility

Wakaf di sejumlah negara mayoritas Muslim telah jadi primadona bangun ekonomi umat.

Baitul Wakaf menggelar Aksi Wakaf Talk yang mengangkat tema Wakaf Spiritual dan Social Responsibility.
Foto: Dok Baitul Wakaf
Baitul Wakaf menggelar Aksi Wakaf Talk yang mengangkat tema Wakaf Spiritual dan Social Responsibility.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baitul Wakaf kembali menggelar Aksi Wakaf Talk. Kali ini mengengkat tema Wakaf Spiritual dan Social Responsibility.

Acara yang dilakukan melalui zoom meeting ini berlangsung pada 14 November 2020 dari pukul 15.45 hingga 17.40 WIB. Acara ini mendiskusikan sekaligus sharing mengenai wakaf produktif dan perannya di tengah pandemi. 

Tiga narasumber dihadirkan dalam Aksi Wakaf Talk kali ini. Mereka adalah  Juris E Robbyantono selaku Komisioner BWI;  Asih Subagyo selaku Pembina Baitul Wakaf; dan Heppy Trenggono yang merupakan President Islamic Bussiness Forum. Diskusi itu  dimoderatori oleh Direktur Baitul Wakaf,  Rama Wijaya. 

“Kesadaran berwakaf Indonesia masih rendah.  Berbeda dengan zakat yang merupakan kewajiban,  sedangkan wakaf kerelaan. Karena orang yang berwakaf berarti melepaskan hak  atas hartanya dan diserahkan pada Allah, maka disinilah wakaf menjadi instrumen tertinggi dalam filantrophi Islam,” ujar Robby dalam rilis yang diterima Republika.co.id. 

Ia menilai, wakaf disejumlah negara mayoritas Muslim telah menjadi primadona dalam membangun ekonomi umat karena dikelola secara produktif. “Johor Malaysia, Turki sudah maju wakafnya. Di Arab Saudi, Zam Zam Tower dibangun di atas tanah wakaf,” jelas Robby 

Sementara itu, Presiden Indonesia Islamic Bussiness Forum (IIBF) Heppy Trenggono  menyebutkan, meski potensi wakaf Indonesia besar tapi belum di kelola secara produktif.  Heppy menyarankan agar manajemen wakaf masuk ke episentrum ekonomi agar bisa lebih berkembang dan produktif. Episentrum yang di maksud Heppy adalah dunia bisnis dan investasi. 

“Bisnis dan investasi, itu nanti yang akan menggerakan, menarik dan tumbuh. Kalau kita masuk kesitu, wakaf produktif akan terjadi,” ujar Heppy dalam presentasinya. 

Menurut dia, setidaknya ada tiga langkah yang bisa dilakukan oleh para nazhir, sebagai upaya meningkatkan kesadaran dalam berwakaf. Pertama, creative fundraising. Manajemen wakaf harus mau memikirkan dalam bentuk saham.

Kedua, prudent asset manajemen, lembaga wakaf harus mau bekerja sama dengan asset manajemen.  “ IIBF punya IIBF Capital, kalau Sedco punya namanya Sedco Capital” ujar Heppy. 

Sedangkan kemampuan ketiga yang direkomendasikan adalah Waqf Risk Mitigation. 

Ketahanan Pangan

Sementara itu, Asih Subagyo menyoroti fungsi wakaf social responsibility di  antaranya adalah ketahanan pangan bisa menjadi solusi wabah Covid-19. Hal itu  karena himpitan ekonomi sangat diasakan oleh masyarakat secara luas.

“Pasca Covid-19  ini, tantangannya luar biasa. Ketahanan pangan ini problematika mendasar yang harus kita pikirkan ditengah kesulitan ekonomi masyarakat,” jelas Asih.

Asih mengungkapkan, akibat kelaparan karena masyarakat tidak mampu membli pangan bisa berakses negatif dalam kehidupan sosial. Untuk itu, Baitul Wakaf menggelolarakan ketahanan pangan dengan memanfaatkan tanah tanah milik ormas Hidayatullah. 

"Tanah tanah milik Hidayatullah di  seluruh Indonesia, diintruksikan untuk ditanam pangan. Agricultural, konsep ketahanan ke depan berbasis wakaf,” terang Asih. 

Menurut dia, dalam jangka panjang, program ketahanan pangan dapat menjadi solusi ketika terjadi bencana alam atau wabah. Seperti diketahui, Indonesia meupakan negara yang juga rawan bencana.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement