Kala Imam Syafii Minum di Hadapan Muridnya Siang Ramadhan

Red: Nashih Nashrullah

Jumat 15 May 2020 14:40 WIB

Imam Syafii minum siang hari ketika Ramadhan karena belum baligh.  Ilustrasi belajar kitab kuning. Foto: Antara/Saiful Bahri Imam Syafii minum siang hari ketika Ramadhan karena belum baligh. Ilustrasi belajar kitab kuning.

REPUBLIKA.CO.ID, Suatu hari di Masjidil Haram, seorang guru tengah menyampaikan ilmu kepada murid-muridnya. Dengan lugas, jelas, dan komunikatif guru tersebut mengajarkan materi fikih, mualamah, jinayah, dan hukum-hukum kriminal.

Namun ada yang sedikit ganjil, ternyata Pak Guru tampak jauh lebih muda daripada murid-muridnya. Bahkan, di tengah prosesi belajar mengajar ia minta izin kepada murid-muridnya untuk minum, padahal siang itu adalah Ramadhan. Kontan saja ulahnya itu menuai protes. "Mengapa Anda minum, padahal ini Ramadhan?" tanya para muridnya. Ia menjawab, "Aku belum wajib berpuasa."

Baca Juga

Siapakah Pak Guru yang terlihat nyeleneh tersebut? Ia adalah Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i, yang lebih kita kenal dengan Imam Syafi'i. Kita tak usaha heran dengan fragmen di atas, karena pada usia yang belum baligh Imam Syafi'i sudah menjadi seorang ulama yang disegani. 

Sebagai gambaran, pada usia sembilan tahun ia sudah hafidz Alquran. Pada usia sepuluh tahun, isi kitab Al-Muwaththa karya Imam Malik yang berisi 1.720 hadis pilihan juga mampu dihafalnya dengan sempurna. Dan pada usia 15 tahun ia telah menduduki jabatan mufti kota Mekah. Kedudukan tersebut memungkinkan ia memberikan fatwa dan mengajar di Masjidil Haram. 

Bahkan, di bawah usia 15 tahun Imam Syafi'i telah dikenal mumpuni dalam bidang bahasa dan sastra Arab, hebat dalam membuat syair, jago qiraat, serta memiliki pengetahuan luas tentang adat istiadat Arab yang asli.

Demikianlah, Imam Syafi'i berhasil melakukan lompatan-lompatan dan percepatan dalam hidupnya. Bila orang lain bisa menjadi mufti dan berhak memberi fatwa di atas usia 30-an, maka Imam Syafi'i mampu mencapainya pada usia 15 tahun. Artinya, ia berhasil "menghemat" waktu selama 15 sampai 30 tahun. 

Sebuah prestasi fenomenal dan sulit ditandingi siapapun. Begitupula dengan usaha menghafal Alquran, bila orang lain mampu mencapainya dalam rentang usia 15-30 tahun, Imam Syafi'i berhasil melakukannya 6 sampai 15 tahun lebih cepat.