Jumat 15 May 2020 08:30 WIB

Saat Iktikaf di Masjid Terhenti

DMI tetap mengimbau masyarakat tetap mengutamakan keselamatan diri dan lingkungan

Rep: Andrian Saputra/ Red: A.Syalaby Ichsan
Foto kolase perbandingan suasana itikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan 1441 H sebelum adanya pandemi Covid-19 (atas) dan saat pandemi Covid-19 (bawah) di Masjid Habiburrahman, Kota Bandung, Rabu (13/5). Untuk menghindari wabah Covid-19 DKM Habiburrahman tidak menyelenggarakan itikaf tahun ini
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Foto kolase perbandingan suasana itikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan 1441 H sebelum adanya pandemi Covid-19 (atas) dan saat pandemi Covid-19 (bawah) di Masjid Habiburrahman, Kota Bandung, Rabu (13/5). Untuk menghindari wabah Covid-19 DKM Habiburrahman tidak menyelenggarakan itikaf tahun ini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wabah Covid-19 membuat mayoritas masjid di Indonesia tak bisa memfasilitasi jamaah untuk beriktikaf pada Ramadhan tahun ini. Tidak terkecuali Masjid Istiqlal Jakarta. Sejak awal bulan suci, seluruh aktivitas layanan keagamaan secara langsung di Istiqlal dihentikan sementara waktu. Tak terkecuali dengan iktikaf. 

Menurut Humas Protokol Masjid Istiqlal Abu Hurairah mengatakan, setiap kegiatan yang mengundang  banyak orang ditiadakan untuk sementara waktu. Masjid Istiqlal juga tidak menyelenggarakan iktikaf pada akhir Ramadhan. Menurut dia, penutupan semua kegiatan di masjid terbesar se-Asia Tenggara itu bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. "Istiqlal tetap tutup sampai saat ini tidak ada jamaah yang datang, apalagi mau iktikaf," kata Abu kepada Republika.co.id, belum lama ini. 

Masjid Jogokariyan Yogyakarta punya sikap berbeda terhadap jamaah yang datang untuk beriktikaf.  Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokariyan, Ustaz Muhammad Jazir, mengatakan, pihaknya memang tak menyelenggarakan iktikaf selama bulan suci Ramadhan. Namun, Ustaz Jazir menjelaskan, jamaah yang datang ke masjid dapat melakukan iktikaf secara mandiri. Masjid Jogokariyan pun menyediakan tempat yang terpisah bagi jamaah yang merupakan warga sekitar dan jamaah dari luar wilayah sekitar. 

"Masjid menyediakan dengan tempat yang terpisah, bagi jamaah warga di area lantai satu dan bagi nonwarga di lantai atas. Masjid hanya mengatur pemisahan tempat," kata Ustaz Jazir. 

Ia menambahkan, Masjid Jogokariyan juga mewajibkan jamaah yang datang ke masjid untuk menggunakan masker, mencuci tangan, dan melakukan pengecekan suhu serta kesehatan terlebih dulu sebelum melakukan iktikaf. Selain itu, bagi jamaah yang datang untuk iktikaf, Masjid Jogokariyan tidak menyiapkan sajian sahur. "Sahur dipersilakan menyiapkan sendiri," tutur dia. 

Ketua Gerakan Pemuda Muslim Solo, Mahdi Xmuff, mengungkapkan, seluruh kegiatan mengumpulkan massa ditiadakan tak terkecuali iktikaf serta qiyamul lail bersama di masjid selama pandemi. Mahdi mengungkapkan, hal tersebut untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

Pada tahun-tahun sebelumnya, dia menjelaskan, iktikaf selalu dilakukan dan kerap membawa berkah. Setiap malam, jamaah akan mendengarkan ayat suci yang dilantunkan fasih dan merdu oleh para imam. "Tapi, tahun ini kita dan jamaah yang selalu hadir setiap tahunnya merasa sedih, kita merasa ada sesuatu yang hilang," kata Mahdi kepada Republika.co.id.

Meski tak bisa beriktikaf bersama di masjid,  Mahdi mengajak pada umat Islam di Solo khususnya dan masyarakat Muslim di berbagai daerah untuk tetap mengisi malam-malam pada pengujung Ramadhan dengan beribadah di rumah. Contohnya, kata dia, melaksanakan shalat sunah malam, bertadarus, dan berzikir. 

Jahid, seorang warga Cirebon, Jawa Barat, juga mengaku kehilangan karena tidak adanya iktikaf tahun ini. Tahun-tahun sebelumnya, Jahid bersama rekan-rekannya sesama penghobi otomotif kerap mengadakan iktikaf dan qiyamul lail keliling dari satu masjid ke masjid lainnya di Cirebon. "Sekarang di rumah saja, enggak ada kegiatan iktikaf keliling. Sedih," kata dia.

Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruquthni memaklumi bila ada jamaah yang ingin beriktikaf di masjid. Namun, DMI tetap mengimbau agar masyarakat tetap mengutamakan keselamatan diri dan lingkungan sekitar. DMI pun mempertanyakan sikap pemerintah yang berencana melakukan relaksasi tentang protokol tempat ibadah selama wabah Covid-19. Menurut dia, hal itu justru mengundang masyarakat datang berkumpul di rumah ibadah. 

"Ada yang ingin melakukan relaksasi, masjid mau dibuka lagi. Keadaan seperti inilah yang membuat semangat masyarakat ingin iktikaf, sebenarnya itu yang mengundang, kalau tidak ada itu sebenarnya masyarakat hanya mikirin saja," kata dia.

Menurut Imam, banyaknya masyarakat yang datang ke masjid untuk beriktikaf juga dilatarbelakangi adanya kekhawatiran memudarnya hubungan solidaritas kelompok lantaran selama Ramadhan banyak aktivitas yang dilakukan dengan media daring. Imam mengatakan, DMI mengapresiasi keinginan umat untuk beriktikaf di masjid. Meski demikian, DMI berpesan agar umat tetap menjaga agar masjid tidak menjadi episentrum penyebaran wabah Covid-19. "Kalau mengabaikan prinsip physical distancing, nanti ibadahnya malah jadi kontraproduktif," tutur dia. 

Di samping itu, Imam meminta pemerintah memberikan informasi yang jelas tentang penanggulangan korona dan juga terkait protokol di tempat ibadah. Ia meminta pemerintah tidak membuat bingung masyarakat dengan renaca relaksasi masjid. Menurut dia, kebijakan tersebut dikhawatirkan akan memperburuk kondisi di tengah pandemi Covid-19. 

Menurut Imam, jamaah yang berada di luar wilayah zona merah wabah Covid-19 dapat  beriktikaf di masjid terdekat dengan memperhatikan protokol pencegahan Covid-19.  Dengan catatan, penyelenggara masjid harus tetap berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintah di wilayahnya masing-masing. 

 

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement