Mengapa Maksiat Masih Marak di Bulan Ramadhan?

Red: Ani Nursalikah

Kamis 14 May 2020 20:50 WIB

Mengapa Maksiat Masih Marak di Bulan Ramadhan? Foto: Pixabay Mengapa Maksiat Masih Marak di Bulan Ramadhan?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Begitu mulianya bulan Ramadhan sampai Nabi Muhammad SAW bersabda "Apabila tiba bulan Ramadan maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan dibelenggu." (HR al Bukhari).

Dalam buku Fiqih Kontemporer 3, KH Ahmad Zahro mengatakan untuk memahami hadits di atas para ulama terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu kaum tekstualis dan kontekstualis. Kaum tekstualis memaknai dan memahaminya secara harfiah (leterlijk -apa adanya secara bahasa-), bahwa dalam bulan Ramadhan pintu surga memang dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.

Baca Juga

Soal dibelenggunya setan, mereka berpatokan pada firman Allah SWT: "Dan (Kami tundukkan pula kepada Sulaiman) setan-setang (golongan jin) semuanya ahli bangunan dan penyelam. Dan setan yang lain terikat dalam belenggu (Shad:37-38)

Mengapa dibelenggu? Karena kemuliaan bulan Ramadhan, agar umat Islam dapat melakukan amal kebaikan sebanyak-banyaknya dan terhindar dari perbuatan maksiat sejauh-jauhnya karena tidak lagi yang menggoda.

Sementara para ulama kontekstualis memahami dan memaknai sabda Nabi SAW tersebut sebagai ungkapan metaforis (kiasan, majazi, tidak sesungguhnya). Maksud pintu surga dibuka: Menggambarkan betapa mudahnya orang berbuat baik di bulan Ramadhan

Bukan pintu fisik surga yang dibuka, karena surga sampai sekarang belum ada, walau kelak pasti ada. Surga baru ada penghuninya  ketika semua manusia sudah mati dan dunia sudah kiamat, serta hisab dan mizan sudah dilakukan.

Kemudian maksud dari "Pintu Neraka Ditutup" adalah betapa tingginya kesadaran mereka untuk menjauhi maksiat pada bulan Ramadhan sehingga neraka tertutup untuk mereka. Bukan pintu fisik neraka yang ditutup, karena sampai sekarang neraka juga belum ada, kelak pasti ada. Neraka baru berfungsi ketika semua manusia sudah mati, kiamat sudah terjadi, amal sudah dihitung dan ditimbang.

Dan, soal "Setan Dibelenggu" Rasulullah SAW menyatakan setan-setan dibelenggu pada bulan Ramadhan hanyalah untuk menggambarkan betapa tidak berkutiknya setan untuk menggoda umat beriman yang sedang berpuasa.

Lalu mengapa di bulan Ramadhan tetap saja terjadi kemaksiatan, padahal setan-setan sudah dibelenggu? Itu disebabkan hawa nafsu manusia yang berperan, mereka tidak bisa lagi mengkambinghitamkan setan-setan dari golongan jin sebagi penyebabnya.

Mereka tidak lulus ujian iman dan lolos dari belenggu dosa yang mestinya mereka dapatkan pada bulan Ramadhan. Meski demikian, saat Ramadhan frekuensi kemaksiatan turun drastis, sensitivitas terhadap dosa meningkat tajam, dan semangat untuk berbuat kebajikan begitu menggelora dibanding hari-hari dalam kehidupan di luar bulan Ramadhan.