Kamis 14 May 2020 10:49 WIB

Joging Pakai Masker, Pria di Wuhan Alami Masalah Paru

Paru pria di Wuhan mengempis setelah joging mengenakan masker.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Joging  (ilustrasi). Berlari dengan memakai masker dapat menimbulkan bahaya kesehatan.
Foto: Republika/Prayogi
Joging (ilustrasi). Berlari dengan memakai masker dapat menimbulkan bahaya kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang lelaki di China kini sedang dalam masa penyembuhan pascaoperasi paru. Paru pasien itu bermasalah setelah joging sejauh empat kilometer di Wuhan, pusat awal pandemi virus corona tipe baru, dengan menggunakan masker pada pekan lalu.

Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di media sosial Weibo, Rumah Sakit Pusat Wuhan mengungkapkan, pria berusia 26 tahun itu menderita sakit dada dan sesak napas pada Kamis lalu. Setelah diperiksa, dokter menemukan paru kiri pasien itu telah mengempis hingga 90 persen dan jantungnya bergeser ke sisi kanan tubuhnya. Padahal, jantung seharusnya berada di tengah-tengah dada, agak sedikit ke kiri.

Baca Juga

Dilansir Fox News pada Rabu (13/5), ketidakmampuan paru untuk mengembang disebut juga paru kolaps atau pneumotoraks. Kondisi itu terjadi ketika udara bocor di luar paru, di ruang antara paru dengan dinding dada.

“Pasien menjalani operasi dan terpantau dalam kondisi stabil,” kata pernyataan Rumah Sakit Pusat Wuhan.

Para pejabat meyakini kondisi yang mengancam jiwa itu disebabkan pasien berlari sambil mengenakan masker. Pihak rumah sakit mengatakan, pasien itu mulai berlari sekitar dua pekan lalu.

Pasien diketahui meningkatkan jarak tempuhnya secara berkala setiap waktu. Dia mengenakan masker saat berlari, karena khawatir dengan parahnya wabah Covid-19 di Wuhan.

Pada Kamis lalu, pasien menghentikan langkahnya ketika mulai kesulitan bernapas dan berjalan pulang. Keluarganya mengantar pasien ke rumah sakit setelah kondisinya memburuk.

Direktur departemen bedah toraks di fasilitas Wuhan, Chen Baojun mengatakan, pasien itu dicurigai terkena pneumotoraks spontan. Postur tubuhnya yang tinggi dan kurus membuatnya memiliki faktor risiko terkena pneumotoraks spontan primer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement