Rabu 13 May 2020 23:48 WIB

UGM Kembangkan Alat Sterilisasi Masker N95

Alat ini rencannyaakan distribusikan ke beberapa puskesmas dan RS di DIY.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ratna Puspita
Universitas Gadjah Mada (UGM)
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Universitas Gadjah Mada (UGM)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tim Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan alat sterilisasi masker N95. Ini dilakukan sebagai siasat atas kelangkaan dan mahalnya harga masker N95 yang masih terus naik selama pandemi Covid-19.

Pengembangan itu mampu membuat masker dapat dipakai berulang-ulang di rumah sakit dan klinik kesehatan. Alat memakai tenaga gelombang sinar ultraviolet- C (UV-C) yang dipaparkan selama lima menit.

Baca Juga

Alat ini bisa membunuh kuman dan virus corona dalam masker yang sudah dipakai sebelumnya. Anggota Tim Peneliti dari FKKMK UGM Trisasi Lestari mengatakan, pembuatan alat ini bekerja sama dengan peneliti dari Fakultas Teknik UGM.

Ide awal pembuatannya dilatar belakangi dari sulitnya para tenaga medis dalam mendapatkan masker N95 di pasaran. Terlebih, kenaikan harga masker N95 sangat luar biasa selama Covid-19 ini.

"Naik lebih dari 10 kali lipat harga normal. Padahal, sebelum Covid-19 harga masker N95 memang sudah lebih mahal dibandingkan masker bedah, karena fungsi filternya yang lebih baik," kata Trisasi, Rabu (13/5).

Ia menilai, kelangkaan masker N95 ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di seluruh dunia. WHO sudah membolehkan penggunaan masker N95 secara berulang dengan mensterilkan dulu sampai masker tampak kotor atau rusak.

Idealnya, tidak lebih dari tiga kali sterilisasi. Banyak rumah sakit membuat alat sterilisasi masker N95, tapi tanpa perhitungan kekuatan lampu UVC atau lama paparan yang baik, sehingga masker malah rusak.

"Kita terdorong membuat alat sterilisasi UVC yang didesain khusus untuk masker N95," ujar Trisasi.

Kendati demikian, ia menuturkan, ide sterilisasi masker N95 sudah ada sejak lama menangani pasien penderita Tuberkulosis (TB). Yang mana, untuk menangani pasien MDR TB harus menggunakan masker N95 yang ketersediaannya terbatas.

Satu masker bisa dipakai sampai satu pekan oleh petugas TB di puskesmas dengan hanya digantungkan atau dianginkan di bawah sinar matahari untuk mensterilkannya karena keterbatasan fasilitas.

Alatnya dibuat dalam dua ukuran yang mampu menampung 3/9 masker sekaligus. Pemilihan gelombang sinar ultraviolet UV-C menurutnya dengan pertimbangan matang agar tidak merusak kualitas masker saat disterilisasi.

"Kita menggunakan gelombang sinar UV-C dengan panjang gelombang antara 250-270nm, terbukti mampu merusak langsung DNA dan RNA bakteri atau virus, sehingga efeknya mematikan bakteri dan virus itu sendiri," kata Trisasi.

Proses sterilisasi masker memakan waktu lima menit untuk membunuh bakteri dan virus yang menempel. Untuk box yang mereka buat dengan waktu sterilisasi lima menit sudah terbukti tidak ada kuman yang tumbuh.

Alat sterilisasi ini sebenarnya tidak hanya diperuntukan masker, namun juga bisa digunkan kepada alat medis lain seperti gunting, pisau bedah, dan kasa. Lama efektif paparan belum diukur.

"Tapi, asumsinya dengan lama paparan 5-10 menit sudah cukup mematikan," ujar Trisasi.

Alat ini rencannya akan distribusikan dulu ke beberapa puskesmas dan RS di DIY, termasuk Lab Mikrobiologi FKKMK tempat alat ini diuji coba. Rencananya alat ini akan terus dikembangkan agar bisa bisa diproduksi secara masal.

"Mudah-mudahan nanti bisa diproduksi dengan harga yang lebih murah juga, sehingga terjangkau dan bisa tersedia di seluruh puskesmas dan fasilitas kesehatan lain di Indonesia," kata Trisasi.

Peneliti lain, Eka Firmansyah dari Fakukltas Teknik UGM menilai, sterilisasi dengan memanfaatkan sinar ultraviolet-C (UV-C) salah satu metode yang biasa dilakukan untuk melakukan dekontaminasi bakteri atau virus.

Paparan sinar UV dengan dosis yang tepat, tidak berlebihan, dapat mengurangi risiko kerusakan filter masker N95. Sehingga, lebih aman untuk dapat dipakai secara berulang.

Alat dibuat dua desain. Jenis pertama dimensi internalnya 40x40x30 centimeter dan dimensi eksternalnya 40x40x40. Dimensi memungkinkan sterilisasi bervolume 48 liter yang dapat mensterilisasi 9 masker N95.

"Jenis kedua dimensi internalnya 35x15x15 centimeter dan dimensi eksternalnya 45x15x17 centimeter, memiliki bilik sterilisasi berkapasistas 7,8 liter yang dapat mensterilkan tiga buah masker N95," ujar Eka.

Eka menambahkan, proses produksi alat UV Box ini dikerjakan oleh perusahaan startup MicroMachina yang didirikan sekelompok mahasiswa Teknik UGM. Serta, didukung alumni FK UGM 1998 yang donasikan beberapa box ke RS dan puskesmas di DIY.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement