Rabu 13 May 2020 21:46 WIB

Rapid Test Reaktif, 265 Warga Surabaya Diisolasi di Hotel

Sekitar 135 warga (ODP) dan 265 warga reaktif diisolasi di hotel Surabaya.

Petugas melakukan pemeriksaan cepat COVID-19 (Rapid Test) terhadap warga di Pasar Kembang, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (13/5/2020). Pemeriksaan cepat terhadap sejumlah pedagang di pasar itu guna mengetahui kondisi kesehatan mereka sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19)
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Petugas melakukan pemeriksaan cepat COVID-19 (Rapid Test) terhadap warga di Pasar Kembang, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (13/5/2020). Pemeriksaan cepat terhadap sejumlah pedagang di pasar itu guna mengetahui kondisi kesehatan mereka sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sekitar 265 warga Kota Surabaya, Jawa Timur, yang dinyatakan reaktif berdasarkan hasil pemeriksaan cepat Covid-19 menjalani tes swab dan isolasi di sejumlah hotel di daerah itu selama 14 hari.

"Karena saya ingin itu (Covid-19, red.) segera terputus, maka mereka diisolasi di hotel," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat rapat koordinasi bersama Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Kota Surabaya di Posko Dapur Umum Balai Kota Surabaya, Rabu (13/5).

Untuk memutus mata rantai penularan Covid-19, Pemkot Surabaya terus bekerja keras dengan berbagai upaya, salah satunya menggelar tes cepat secara massal di beberapa wilayah di kota itu.

Dari tes cepat itu, lanjut dia, bagi mereka yang hasilnya reaktif maka selanjutnya akan menjalani tes swab dan isolasi di hotel selama 14 hari.

"Saat ini kurang lebih ada sekitar 135 warga (ODP) yang ada di hotel dan juga ada 265 warga yang reaktif," kata dia.

Namun, Risma menyatakan, hasil reaktif dari tes cepat belum tentu positif Covid-19.

Untuk itu, warga yang hasil tes cepat dinyatakan reaktif, selanjutnya akan menjalani pemeriksaan swab. Hal itu untuk memastikan apakah warga tersebut benar-benar terkonfirmasi positif Covid-19 atau tidak.

"Selama menunggu pemeriksaan dan hasil swab itu, maka dia tetap harus menjalani karatina selama 14 hari. Meski hasil pemeriksaan swabnya nanti negatif," kata wali kota perempuan pertama di Surabaya itu.

Pihaknya juga menjalin komunikasi dengan dua rumah sakit di Surabaya untuk rencana penambahan kapasitas tempat tidur di ruang isolasi, yakni Rumah Sakit (RS) Husada Utama berjumlah 240 bed dan RS Siloam 40 bed.

"Jadi kita juga minta bantuan pihak rumah sakit agar bisa menambah bed untuk ruang isolasi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement