Rabu 13 May 2020 19:11 WIB

Perintah Allah SWT Supaya Manusia Renungkan Ciptaan-Nya

Allah SWT memerintahkan manusia untuk merenungkan ciptaan-Nya.

Allah SWT memerintahkan manusia untuk merenungkan ciptaan-Nya.Alam semesta (ilustrasi)
Foto: msmcgartland.pbworks.com
Allah SWT memerintahkan manusia untuk merenungkan ciptaan-Nya.Alam semesta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Tafakur memiliki kedudukan istimewa, terbukti dengan banyaknya ayat Alquran yang memotivasi kita untuk bertafakur. Dalam sebuah ayat, Allah mengajak akal kita berpetualang menafakuri air dan binatang ternak.

"Dan Allah menurunkan dari langit itu air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minuman dari apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya” (QS An Nahl [16]: 65-66).

Baca Juga

Terkadang, ajakan tafakur berbentuk pertanyaan, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS Al Ghaasyiah [88]: 17-20). 

Terkadang, pertanyaan yang diajukan disertai ancaman. Biasanya ditujukan kepada orang kafir. Difirmankan, “Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit.” (QS Saba' [34]: 9).

Prinsipnya, tafakur harus dilakukan sesuai dengan kapasitas akal yang terbatas. Akal tidak bisa menjangkau hal-hal yang tidak bisa disentuh panca indera. Karenanya, Rasulullah melarang menafakuri wujud dan bentuk Allah. Sabdanya, Berpikirlah kamu akan ciptaan-ciptaan Allah, dan jangan kamu berpikir tentang Dzat Allah. (HR Ath Thabrani)

Imam Al Ghazali menjelaskan, ciptaan Allah terbagi dua. Yaitu ciptaan yang tidak diketahui wujudnya, ini tidak mungkin ditafakuri. Serta ciptaan yang diketahui asal dan jumlahnya, namun tidak diketahui secara rinci, untuk mengetahuinya kita harus berpikir. Inilah obyek tafakur yang sempurna.

Dua di antara obyek tafakur yang sempurna adalah, pertama, alam semesta. Obyek ini meliputi, langit dengan semua yang ada di dalamnya seperti matahari, bintang dsb. Juga bumi dengan semua yang ada di dalamnya seperti gunung, hewan, tumbuhan dsb. Serta semua fenomena yang terjadi di dalamnya seperti proses terjadinya hujan, dsb.

Obyek ini disebutkan dalam banyak ayat. Di antaranya, Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS Ar Ra'd [13]: 3).

Kedua, manusia. Allah SWT berfirman, Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? (QS Ar Rum [30]: 8). Dalam diri manusia terdapat banyak hal yang bisa ditafakuri. Dari susunan tubuhnya hingga organ-organ tubuh yang menakjubkan.

Karena obyeknya begitu luas, maka untuk manafakurinya tidak dibatasi ruang dan waktu. Tidak salah kalau Malik Badri menyebut tafakur sebagai ibadah bebas tidak kenal batas. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement