Rabu 13 May 2020 15:22 WIB

Baznas Jateng Salurkan Bantuan Rp 2,3 Miliar kepada Santri

Bantuan diberikan kepada santri yang memutuskan untuk tak pulang kampung

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Gita Amanda
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat menyerahkan secara simbolis bantuan Baznas Provinsi Jawa Tengah, kepada para santri yang masih bertahan dan tidak mudik di berbagai ponpes di Jawa Tengah, di masjid Baiturrahman, Semarang, Rabu (13/5). 
Foto: dok istimewa
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat menyerahkan secara simbolis bantuan Baznas Provinsi Jawa Tengah, kepada para santri yang masih bertahan dan tidak mudik di berbagai ponpes di Jawa Tengah, di masjid Baiturrahman, Semarang, Rabu (13/5). 

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) salurkan bantuan kebutuhan hidup kepada puluhan ribu santri, yang ada di berbagai pondok pesantren (ponpes) di Jawa Tengah.

Bantuan total senilai Rp 2,3 miliar ini disalurkan kepada para santri yang saat ini memutuskan untuk tidak pulang kampung dan bertahan di ponpes masing- masing, guna mematuhi imbauan Pemerintah dalam mencegah penyebaran pandemi Covid-19.

Baca Juga

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengungkapkan, sedikitnya ada 23 ribu lebih santri yang tersebar di 400-an pondok pesantren, di berbagai daerah di Jawa Tengah dan mereka memutuskan untuk tidak pulang kampung pada Hari Raya Idul Fitri nanti.

“Maka kami memberikan bantuan kepada para mereka agar kebutuhan hidup selama berada di ponpes tercukupi,” kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pada penyerahan bantuan secarasimbolis di masjid Baiturrahman, Simpanglima, Kota Semarang, Rabu (13/5).

Covid-19 yang masih mewabah di Jawa Tengah, jelas gubernur, membuat puluhan ribu santri yang saat ini ‘mondok’ di sejumlah pondok pesantren di Jawa Tengah memutuskan tidak pulang kampung.

Untuk membantu kebutuhan hidup para santri tersebut, Baznas Provinsi Jawa Tengah menyalurkan bantuan total hingga Rp 2,3 miliar kepada para santri yang masih bertahan di ponpes masing- masing.

Orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah ini juga menyampaikan, para santri tersebut berasal dari sejumlah daerah, tak hanya di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Namu juga ada santri yang yang berasal dari luar jawa.

Mereka adalah ‘patriot’ bangsa karena rela tidak pulang demi membantu memutus mata rantai penyebaran Covid-19. “Sehingga hidupnya harus kita jamin dan saya juga berpesan pada pengurus pondok pesantren untuk menjaga agar tidak pulang, ngaji saja di pondok,” tegas Ganjar.

Selain penyerahan bantuan untuk para santri, dalam kesempatan itu juga diserahkan bantuan 2.000 paket sembako yang dihimpun oleh berbagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) di Jawa Tengah kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, guna diteruskan kepada masyarakat yang berhak menerima manfaat.

Gubernur juga memastikan, bantuan pada masyarakat yang membutuhkan untuk jarring pengaman social akibat pandemic Covid-19 di Jawa Tengah sudah berjalan. Bahkan hari ini, bantuan Pemprov Jawa Tengah untuk sejumlah daerah di Jawa Tengah juga sudah disalurkan.

Sedangkan untuk warga Jawa Tengah yang tidak mudik dan saat ini masih berada di Jabodetabek, juga segera menerima bantuan. “Insyaalah pekan depan sudah kami kirim agar mereka di sana juga terjamin,” lanjut Ganjar.

Sementara itu, salah satu pengurus pondok pesantren Al-Mas'udiyah, Dusun Blater, Desa Jimbaran, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Muhammad Tohirudin mengungkapkan, bantuan dari pemerintah tersebut sangat berarti bagi para santri.

Di pondoknya, saat ini masih ada 340 santri dari luar daerah yang memilih tidak pulang kampung akibat situasi pandemi saat ini. Kebetulan, tak sedikit para santri yang tidak pulang kampung ini juga menghadapi persoalan terlambatnya kiriman dari orang tuanya.

“Jadi bantuan ini akan sangat membantu mereka, yang saat ini tidak pulang, sebab situasinya juga sedang prihatin, kiriman dari orang tua masing- masing juga ada yang terlambat akibat dampak Covid-19 ini,” tegasnya.

Tohirudin juga menyampaikan, jumlah total santri di pondok pesantrennya mencapi 1.800 santri. Mayoritas santri yang berasal dari daerah yang relatif lebih dekat dengan pondok memang diperbolehkan untuk pulang.

Namun untuk santri yang berasal dari luar kota, luar daerah atau santri yang berasal dari luar pulau Jawa untuk sementara tidak diperbolehkan pulang ke daerah asal masing- masing.

Apalagi jika di daerah asalnya sudah ditetapkan sebagai zona merah pandemi Covid-19. Pengurus pondok meminta mereka untuk tetap tinggal di pondok dan tetap menjalankan aktivitas ngaji bersama.

Hal ini dilakukan untuk melindungi para santri asal luar daerah tersebut sekaligus untuk juga memastikan agar mereka aman dari risiko penularan akibat wabah Covid-19 ini,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement