Rabu 13 May 2020 06:54 WIB

Pakar UMM Sebut Pembelajaran Daring Bikin "Sesak Napas"

Banyaknya tugas daring membuat para pelajar sesak napas

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Imbauan belajar di rumah (ilustrasi). Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP UMM), Suprapto menilai, saat ini pembelajaran digital cenderung menjadi tugas daring.
Foto: Republika
Imbauan belajar di rumah (ilustrasi). Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP UMM), Suprapto menilai, saat ini pembelajaran digital cenderung menjadi tugas daring.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pandemi Covid-19 membuat sistem pengajaran pun beralih ke dunia digital. Namun perubahan ini ternyata tidak selalu berdampak baik bagi para pelajar.

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP UMM), Suprapto menilai, saat ini pembelajaran digital cenderung menjadi tugas daring. Saking banyaknya tugas bisa membuat para pelajar 'sesak napas'. "Sehingga perlu ‘nafas buatan’ supaya ada kehidupan dalam kegiatan pembelajaran kita,” kata Suprapto dalam pesan rilis yang diterima Republika, Selasa (12/5).

Baca Juga

Di sisi lain, Dosen Prodi Pendidikan bahasa Inggris ini berpendapat Covid-19 justru membuat pembelajaran mencapai titik kodratnya. Pembelajaran di 2020 sudah seharusnya didominasi sistem daring. Dengan kata lain, Covid-19 membersihkan residu-residu pembelajaran konvensional.

Menurut Suprapto, terdapat tiga saluran “nafas buatan” pembelajaran daring yaitu presence, awareness dan empati. Keberadaan guru masih tetap berperan penting dalam pembelajaran daring. Guru harus berfungsi sebagai tour leader pembelajaran bukan source of knowledge.

"Lalu guru dituntut untuk tetap bisa menciptakan hubungan antarindividu dan mengkondisikan siswa berbagi perspektif," jelasnya.

Suprapto menilai model rigor framework bisa diterapkan pada aplikasi pembelajaran daring di masa Covid-19. Dengan kata lain, guru harus harus mengasah dan mengoptimalkan keterampilan berpikir siswa. Hal ini perlu tercapai sampai pada tahap berpikir kompleks untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai situasi.

Dosen Zhejiang University, Cina, Herry Yanto berpendapat tantangan pendidikan profesional berkisar di sejumlah ranah. Beberapa di antaranya seperti adaptive and technology integration, blended learning, artifivial intelegence dan sebagainya. Transformasi dan lompatan ini yang harus dihadapi guru-guru dewasa ini. Meski demikian, ia berpendapat, Indonesia dapat dikatakan cepat beradaptasi tekait hal tersebut.

“Pembelajaran daring meskipun banyak kesulitan tetap berjalan penuh semangat. Jadi, saya yakin kita bisa melakukan lompatan yang cepat untuk mengadopsi segala sesuatu yang baru," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement