Tidur Sehat Selama Puasa

Red: Muhammad Hafil

Selasa 12 May 2020 17:36 WIB

Tidur Sehat Selama Puasa. Foto: Ilustrasi Ramadhan Foto: Reuters/Nikola Solic Tidur Sehat Selama Puasa. Foto: Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa kantuk kerap menyerang ketika siang hari saat bulan puasa tiba. Hal ini ternyata sangat wajar, mengingat sebagian orang tidur larut malam dan harus bangun sebelum waktu Subuh untuk melaksanakan sahur. Apalagi, aktivitas tetap berjalan seperti hari-hari biasanya. Karena itu, jam tidur memang berkurang.

Dengan kondisi tersebut, wajar bila mereka merasa lebih lelah dan rasa kantuk pun tidak bisa dihindari. Namun, sebagian orang juga banyak yang merasa khawatir jika hal ini dapat memengaruhi kesehatannya dan berujung menghambat jalannya ibadah puasa.

Baca Juga

Spesialis penyakit dalam RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MBB, mengungkapkan, pada prinsipnya jumlah tidur pada saat bulan puasa paling tidak adalah enam jam. Tidak berbeda jauh seperti bulan lain pada umumnya, mungkin hanya ada sedikit perubahan pada irama hidup.

"Ketika puasa, kita akan bangun lebih awal untuk sahur, mungkin jam tidur juga lebih larut karena harus melaksanakan shalat Tarawih. Hal ini menyebabkan kita menjadi mudah mengantuk pada siang hari," katanya di Jakarta, belum lama ini.

Namun, menurutnya, kondisi tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena secara umum, tubuh kita secara otomatis akan menyesuaikan diri pada satu pekan pertama. Selebihnya, rasa kantuk yang diderita mungkin tidak akan separah saat awal puasa.

Jika berkesempatan tidur pada siang hari, Ari menyarankan agar tidurnya berdurasi maksimal satu jam. Sebab, apabila lebih dari satu jam, justru malah akan membuat tubuh merasa lemas dan lelah akibat tidak adanya aktivitas yang memacu adrenalin, seperti bergerak.

"Aktivitas perlu dilakukan agar hormon-hormon di dalam tubuh naik dan meningkat sehingga rasa kantuk berkurang. Tidur selama 15 menit juga sebenarnya sudah cukup, asalkan lelap, berkualitas, dan bisa mengembalikan stamina tubuh. Ini juga bisa dilakukan pada sela jam istirahat di kantor," katanya.

Lalu, sebenarnya bagaimanakah kinerja tubuh kita pada saat puasa? Ari menjelaskan, ketika berpuasa lebih dari 12 jam, tidak akan mengganggu komposisi tubuh kita secara keseluruhan. Dengan syarat, saat sahur, berbuka, dan sebelum tidur malam, komposisi cairan dan makanan yang masuk ke dalam tubuh tetap terjaga.

Caranya adalah dengan mengonsumsi air sebanyak delapan sampai 10 gelas setiap hari serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Namun, yang menjadi masalah sesungguhnya adalah intensitas makan yang tidak teratur, terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak ketika berbuka puasa sehingga sudah tidak mau mengonsumsi makanan pokok yang bergizi seimbang.

Kondisi tersebut sering terjadi di masyarakat kita. Untuk itu, kata dia, perlu diperhatikan makanan, minuman, dan jumlah tidurnya setiap hari. "Puasa sebenarnya sangat baik untuk tubuh agar organ dalam tubuh, seperti lambung, pankreas, dan ginjal, bisa berkurang masa kerjanya sehingga tubuh dapat beregenerasi dan melakukan perbaikan," jelasnya.

Senada dengan Ari, guru besar gizi masyarakat Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Ali Khomsan MS, mengungkapkan, di luar aspek-aspek tersebut, kadang kala masyarakat banyak yang memanfaatkan tidur pada saat puasa sebagai salah satu ibadah. Meski begitu, bukan berarti kita harus tidur seharian selama berpuasa.

"Selain dapat membuat tubuh merasa lebih lemas saat bangun, tidur seharian, atau terlalu lama justru membuat kita menjadi mudah lapar. Tidur boleh saja, asal secukupnya karena puasa bukan menjadi halangan untuk beraktivitas. Dengan melakukan aktivitas, puasa yang dijalankan akan lebih ringan untuk dilakukan," kata dia.

Ia menambahkan, daripada harus tidur terlalu lama, lebih baik hal tersebut diisi dengan kegiatan positif. Dia mencontohkan aktivitas biasa, seperti bekerja, bertadarus Alquran, membaca buku, serta kegiatan positif lainnya.