Selasa 12 May 2020 16:40 WIB

Rabithah Setuju Rencana Relaksasi Masjid dengan Syarat

Sejauh ini masjid bukanlah tempat di mana terjadi penyebaran virus Covid-19.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ratusan jamaah melaksanakan ibadah shalat Jumat di Masjid Agung Tasikmalaya, Jumat (8/5).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Ratusan jamaah melaksanakan ibadah shalat Jumat di Masjid Agung Tasikmalaya, Jumat (8/5).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Agama Fachrul Razi menyatakan rencananya untuk melakukan relaksasi di Masjid selama pandemi global Covid-19. Rencana ini ia sampaikan saat melakukan rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Senin (11/5) kemarin.

Menanggapi rencana tersebut, Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zen Bin Smith mengatakan ia menyambut baik dan merasa senang. Ia turut bahagia jika akhirnya umat Muslim bisa kembali beribadah di masjid, terlebih sebentar lagi memasuki Hari Raya Idul Fitri.

"Saya terus terang mendengar rencana ini sangat senang. Tapi senangnya juga harus diikuti dengan berbagai persyaratan yang harus dipertimbangkan," ujar Habib Zen saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (12/5).

Habib Zen menyebut, jika dilihat dari data yang ada, sejauh ini masjid bukanlah tempat di mana terjadi penyebaran virus Covid-19.

Jamaah yang datang ke masjid, disebut dalam kondisi yang bersih karena sudah berwudhu. Setidaknya, jamaah sudah melewati satu proses menyucikan diri. Tidak mungkin seorang jamaah datang ke masjid dalam kondisi kotor dan sembarangan.

Ia lantas menyayangkan kondisi saat ini, di mana pemerintah dinilai tidak konsisten dengan aturan dan usaha menahan penyebaran virus ini. Dalam beberapa hari terakhir, muncul kebijakan melonggarkan pergerakan manusia. Sementara di sisi lain, masih ada pihak yang mempertahankan aturan larangan keluar rumah.

Menteri Perhubungan contohnya, beberapa waktu lalu membuka kembali akses keluar dan masuk ke beberapa wilayah. Habib Zen menyebut, tindakan ini mengakibatkan adanya interaksi manusia di tempat dengan risiko tinggi, dan memudahkan penyebaran virus ke lokasi dengan risiko rendah.

"Menurut data, masjid bukan tempat penularan virus. Sementara pasar lebih memungkinkan terjadi penularan. Area dengan interaksi manusia langsung, seperti tempat bisnis atau mall, itu lebih memungkinkan," ujarnya.

Habib Zen lantas menyebut, jika rencana relaksasi betul dilakukan, maka diperlukan beberapa tindakan pencegahan atau protokol untuk memastikan kondisi masjid dan jamaah tetap aman.

Beberapa yang bisa dilakukan adalah datang ke masjid dalam keadaan sudah bersuci. Bersuci dalam artian mencuci tangan dengan sabun dan berwudhu. Selanjutnya, saat berada di masjid tidak melakukan kontak fisik, seperti bersalaman atau berpelukan.

Setiap jamaah yang ingin beribadah di masjid juga diminta untuk menggunakan masker dan membawa sajadah sendiri. Terakhir, semua protokol pencegahan seperti mengecek suhu tubuh perlu dilakukan.

"Jika itu semua telah dilaksanakan, selanjutnya kita harus bertawakal. Hasbu Nallah wa Ni'mal wakil, Ni'mal maula wa ni'man nasir," kata dia.

Masjid Rabithah yang tersebar di seluruh Indonesia disebut sampai saat ini masih menutup pintu. Hal ini sesuai dengan maklumat yang dikeluarkan Kantor Pusat Rabithah, yang meminta semua jamaahnya beribadah di rumah selama masa pandemi Covid-19. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement