Selasa 12 May 2020 12:11 WIB

ITB Kembangkan Unit Desinfeksi APD untuk Tenaga Medis

Alat berbasis ozon sebagai disinfektan tidak terjadi kontak langsung dengan manusia.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bilal Ramadhan
Institut Teknologi Bandung
Foto: Flickriver.com/Ikhlasul Amal
Institut Teknologi Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kasus tenaga medis dan dokter terinfeksi COVID-19 saat bertugas, sering kali terjadi. Padahal, mereka telah dilengkapi dengan APD yang sesuai dan juga prosedur pemakaian yang baik.

Tim ITB menganalisis, kemungkinan paparan terjadi dari pengelolaan Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan, baik saat berinteraksi dengan pasien maupun saat berganti APD. Karena, APD yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yakni sekali pakai (disposable) dan pakai ulang  (reusable).

Oleh karena itu, menurut Ketua Peneliti Ir V Sri Harjati Suhardi, Ph.D., atau yang lebih akrab dipanggil Renni Suhardi dari Prodi Mikrobiologi, tim ITB mengembangkan perangkat untuk desinfeksi APD pakai ulang dan pretreatment APD sekali pakai. Ia, bekerja sama dengan SITH ITB bersama dosen dan alumni ITB. Yakni Intan Taufik (Biologi ’93, dosen Prodi Mikrobiologi SITH). Ir  Suharso Hermawan (Teknik Elektro ‘82), Ir Eddy Soentjahjo (Teknik Kimia ‘82), dan Ir Edy Sucipto (Teknik Elektro ‘89), Ahmad Benyamin (FT82). Penelitian ini didanai oleh Program COVID-19 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) ITB.

Renni Suhardi menjelaskan, perangkat disinfeksi dan pretreatment tersebut menggunakan ozone gas sebagai disinfektan. Alat yang diusulkan tersebut akan dibuat dua jenis sesuai tujuannya, yakni kabut ozon (ozone mist) untuk APD pakai ulang, misalnya baju hazard, face shield dan kacamata safety, setelah digunakan. Sedangkan gas ozon untuk pretreatment APD sekali pakai, misalnya masker dan sarung tangan, sebelum dibuang.

“Keduanya menjadi alat yang efektif karena dapat membunuh virus dalam waktu hitungan mulai dari tujuh atau sepuluh detik sesuai kajiannya dalam disinfeksi mikroorganisme,” ujar Renni, Selasa (12/5).

Renni menjelaskan, dalam penggunaannya, alat berbasis ozon sebagai disinfektan ini tidak terjadi kontak langsung dengan manusia, karena hanya memerlukan APD dan pakaiannya saja yang disimpan di kontainer yang tertutup rapat.

Pertimbangan pemilihan ozon sendiri, kata dia, karena dengan konsentrasi yang tepat adalah desinfektan yang aman bagi manusia, tidak meninggalkan residu karena ozone akan ditransformasikan kembali menjadi O2 (oksigen), dan tidak ada bahan habis (consumables) yang harus dibeli selama pemakaian.

Kini, kata dia, alat tersebut sudah dalam tahap prototipe dan siap diluncurkan untuk produksi massal. "Harapannya alat kontainer pembersih dan sterilisasi APD ini menjadi alternatif solusi penyelesaian masalah perlindungan tenaga medis dan manajemen rumah sakit," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement