Senin 11 May 2020 21:05 WIB

Risma Keluhkan RS di Surabaya Dipenuhi Pasien Daerah Lain

Pernyataan Risma soal pasien daerah lain penuhi RS dibantah direktur RS dr. Soetomo.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andri Saubani
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengeluhkan banyaknya pasien Covid-19 dari daerah lain yang memenuhi rumah sakit-rumah sakit di Kota Pahlawan. Bahkan, berdasarkan data yang dimilikinya, pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit Surabaya sebanyak 50 persen adalah warga luar Surabaya.

"Bahkan, terdeteksi di Rumah Sakit Soewandhie dan Rumah Sakit BDH pasien Covid-19 dari luar Surabaya datang langsung ke UGD," kata Risma di Surabaya, Senin (11/5).

Baca Juga

Risma membayangkan ketika pasien Covid-19 dari luar daerah yang berobat ke RS di Surabaya itu adalah orang tanpa gejala (OTG). Menurutnya, itu akan sangat menyulitkan.

"Bayangkan kalau itu OTG lalu ke mana-mana di Surabaya, misalnya ke warung makan dan tempat lain, tentu ini yang membuat berat kepada kami di Surabaya. Belum lagi kalau dia bawa keluarga, sedangkan di salah satu keluarganya sudah ada yang positif Covid-19," ujar Risma.

Direktur RSUD dr. Soetomo Surabaya dr. Joni Wahyuhadi membantah pernyataan Risma tersebut. Dia mencontohkan pasien yang dirawat di RSUD dr. Soetomo, Surabaya. Menurutnya, 95 persen pasien yang dirawat di RSUD dr. Soetomo adalah warga Surabaya.

"Rumah sakit dr. Soetomo yang saya tahu persis, pasien itu 95 persen itu ya orang Surabaya. Saya enggak tahu di rumah sakit lain apakah memang banyak yang dirawat yang dari luar. Perlu di-update datanya, karena di Soetomo tidak berbicara seperti itu," kata Joni.

Joni kemudian mengingatkan terkait etika perawat dan pernyataan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI). Menurutnya, seluruh dokter bersepakat bahwa dalam merawat pasien tidak boleh membeda-bedakan berdasarkan RAS, agama, kedaerahan, ataupun politik.

"Itu etika kedokteran. Artinya kalau Pemerintah Provinsi Jatim membuat rumah sakit khusus untuk masyarakat Jatim dan orang Kalimantan, orang Jawa Tengah enggak boleh masuk itu enggak etis. Enggak diperkenankan di dunia kedokteran. Coba dibuka etika kedokteran," ujar Joni.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement