Senin 11 May 2020 18:38 WIB

BMKG Jateng: Dentuman tak Berkorelasi Cuaca dan Seismik

Tidak ada konsentrasi awan di wilayah yang mendengar dentuman tersebut.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Rekam seismograph.
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Rekam seismograph.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Suara dentuman yang banyak diperbincangkan warganet dan terdengar di berbagai wilayah yang ada di Provinsi Jawa Tengah, pada Senin (11/5) dini hari, disebut masih misterius.

Kendati warga di sejumlah daerah mengaku sempat mendegarkan suaranya, fenomena tersebut tidak terkait dengan objek yang pemantauan Badan Meterologi Klimaologi dan Geofisika (BMKG).

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jawa Tengah, Iis Widya Harmoko yang dikonfirmasi mengungkapkan, BMKG Jawa Tengah telah mengonfirmasi bunyi dentuman tersebut bukan berasal dari aktivitas cuaca maupun aktivitas seismik.

Ia menjelaskan, berdasarkan pengamatan citra satelit cuaca, BMKG memastikan pada saat terdengar dentuman, sekira pukul 01.45 WIB, tidak menunjukkan konsentrasi awan di wilayah yang mendengar dentuman tersebut.

Demikian halnya terkait dengan peta sebaran petir. “Jika memang suara dentuman yang terdengar tersebut ada hubunganya dengan cuaca, biasanya ada kumpulan awan yang berpotensi menyebabkan  petir,” jelasnya, di Semarang.

Karena, lanjut Iis, petir sangat identik dengan suara bunyi dentuman. BMKG mencoba melihat dari kedua faktor tersebut dan kecil kemungkinan suara dentuman tersebut disebabkan oleh aktivitas cuaca.

Karena dari perawanan, memang tidak terkonsentrasi di daerah-daerah yang beberapa waarganya sempat mendengar dentuman tersebut, seperti di wilayah Kabupaten Pati, Sragen, Grobogan, dan lainnya.

Selain itu, petir juga memiliki korelasi dengan perawanan. Artinya, BMKG juga memantau tidak terdapat petir di daerah tersebut.

“Pada saat yang sama, petir hanya mengelompok secara parsial di wilayah Jawa Tengah bagian tengah, selatan, dan sebagian kecil wilayah utara dan wilayah Wonogiri,” tambahnya.

Ia juga menyampaikan, dari sisi aktivitas seismik (kegempaan) juga nihil. Meski di wilayah Jawa Tengah bagian timur (sisi utara) ada Sesar Baribis Kendeng, pada saat terjadi dentuman juga tidak terpantau adanya aktivitas seismik yang dirasakan atau terpantau di kawasan tersebut.

“Oleh karena itu, tiga alasan tersebut sudah disampaikan, tidak mendukung adanya suara dentuman yang jamak diperbincangkan warga di sejumlah daerah di Jawa Tengah tersebut,” lanjut Iis.

Guna mengetahui secara pasti apa penyebab bunyi dentuman yang terdengar, dibutuhkan kajian lebih lanjut. “Mungkin bukan hanya dari sisi BMKG saja, tapi juga bisa dari sisi lain seperti LAPAN, Geologi, atau yang lain yang bisa berkolaborasi,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement