Senin 11 May 2020 03:31 WIB

Laboratoriun Bermasalah, Inggris Kirim Sampel Corona ke AS

Inggris mengirim 50 ribu sampel uji ke AS dengan pesawat carter.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Petugas kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat merawat pasien di unit Perawatan Intensif di Rumah Sakit Royal Papworth di Cambridge, Inggris, Selasa (5/5). Petugas kesehatan NHS memakai level APD yang ditingkatkan di area berisiko lebih tinggi seperti perawatan kritis untuk meminimalkan penyebaran infeksi COVID-19 kepada petugas kesehatan.
Foto: EPA-EFE / NEIL HALL
Petugas kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat merawat pasien di unit Perawatan Intensif di Rumah Sakit Royal Papworth di Cambridge, Inggris, Selasa (5/5). Petugas kesehatan NHS memakai level APD yang ditingkatkan di area berisiko lebih tinggi seperti perawatan kritis untuk meminimalkan penyebaran infeksi COVID-19 kepada petugas kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris mengirim sampel virus corona ke Amerika Serikat (AS) untuk diproses. Hal itu dilakukan karena salah satu laboratoriumnya bermasalah. 

"Ada masalah dengan salah satu laboratorium dan kami menempatkan rencana kontingensi kami, yang akan mengambil beberapa tes ke AS untuk diproses," kata Menteri Inggris untuk Perumahan, Komunitas, dan Pemerintahan Lokal Robert Jenrick saat diwawancara Sky News pada Ahad (10/5). 

Dia mengisyaratkan bahwa peristiwa seperti itu memang telah diantisipasi sebelumnya. "Itu persis sejalan dengan rencana terperinci yang telah dibuat Departemen Kesehatan sebelumnya," ujarnya. 

Surat kabar Sunday Telegraph melaporkan Inggris mengirim 50 ribu sampel uji ke AS pekan lalu. Sampel diangkut dengan menggunakan pesawat carter. 

Angka terbaru dari Departemen Kesehatan Inggris menunjukkan terdapat total 1.728.443 tes, termasuk 96.878 pada 8 Mei. Sejauh ini, Inggris memiliki 215.260 kasus Covid-19. 

Korban meninggal di negara tersebut mencapai 31.587 jiwa. Itu merupakan angka kematian tertinggi kedua di dunia setelah AS yang populasinya hampir lima kali lebih banyak. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement