Ahad 10 May 2020 17:04 WIB

Saat Rasulullah Menyambut Hujan

Tidak sepantasnya hujan membuat kita mengeluh

Kabut tebal saat hujan deras di Jalan Tangkuban Parahu, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (4/5). Masih tingginya intensitas hujan di Kawasan Bandung Utara (KBU) di antaranya menyebabkan kabut tebal dengan jarak pandang terbatas, para pengendara pun dihimbau hati-hati
Foto: Edi Yusuf/Republika
Kabut tebal saat hujan deras di Jalan Tangkuban Parahu, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (4/5). Masih tingginya intensitas hujan di Kawasan Bandung Utara (KBU) di antaranya menyebabkan kabut tebal dengan jarak pandang terbatas, para pengendara pun dihimbau hati-hati

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika Rasulullah SAW masih hidup, baginda kerap menyambut hujan. Nabi SAW pun segera pergi ketika melihat air yang mengalir. Dia bersabda, "Keluarlah kalian bersama kami kepada ini yang Allah jadikan ia suci-me nyucikan, lalu kita bersuci dengannya, dan kita memuji Allah karenanya."

Begitu pula Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau nan panjang. Syahdan, ada seorang lelaki berkata kepada Khalifah Umar RA, "Hai Amirul Mu'minin, hujan telah lama tidak turun dan manusia berputus asa dari turunnya hu jan." Maka Umar RA menjawab, "Kalian sebentar lagi akan diberi hujan," lalu ia membaca firman-Nya: Dan Dia lah yang menurun kan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya.

Imam Syafii berkata, ketika Umar bin Khattab RA melihat luapan air, dia mendatangi itu ber sama para sahabatnya. Umar pun berkata, "Tidaklah seorang datang dari tempat datangnya, kecuali kami mandi dengannya."

Diriwiyatkan dari Ibnu Abbas RA, suatu ketika hujan turun dari langit. Dia berkata kepada para pembantunya. "Keluarkanlah tempat tidur dan tungganganku agar terkena hujan." Abu Jauza; berkata kepada Ibnu Abbas, "Kenapa engkau melakukan itu, yar hamukallah?" Ibnu Abbas menjawab, "Tidakkah engkau membaca dalam Alquran "Dan Kami menurunkan dari langit air yang berkah!" Oleh karena itu, aku suka berkah itu mengenai tempat tidur dan tungganganku."

Begitu banyak rahmat yang Allah turunkan lewat hujan. Tidak sepantasnya hujan membuat kita mengeluh. Adanya banjir tak lepas dari kerusakan yang diperbuat oleh tangan-tangan manusia. Berton-ton limbah industri dan sampah rumah tangga masih ke rap mengalir ke sungai dan lautan. Pembabatan hutan di ganti dengan hotel dan vila mem buat air yang turun tak terserap ke bumi. Belum lagi efek rumah kaca yang membuat bumi makin panas.

Tak heran, Allah SWT pun su dah mengungkapkan di dalam Alquran jika kerusakan yang di buat akan dirasakan oleh para perusaknya. "Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (mak siat) manusia, supaya Allâh mera sa kan kepada mereka sebagian da ri (aki bat) perbuatan mereka, agar me reka kembali (ke jalan yang benar)." (QS ar-Rum : 41).

Maka, masih patutkah kita me nyalahkan hujan ketika musi bah datang? Jika iya, mungkin kita masih butuh kembali merenungi 31 ayat yang diulang-ulang dalam surah ar-Rahman. "Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?" Wallahu a'lam.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement