Jumat 08 May 2020 23:49 WIB

Kembali ke Alquran

Allah memilih Ramadhan sebagai turunya Alquran.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Kembali ke Alquran. Foto: Membaca Alquran (ilustrasi)
Foto: Muhammad Rizki Triyana (Republika TV)
Kembali ke Alquran. Foto: Membaca Alquran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan sebagai bulan diturunkannya Alquran mempunyai makna bahwa bulan suci ini merupakan momentum untuk kembali kepada petunjuk Alquran. Apalagi dalam catatan sejarah, di bulan Ramadhan banyak terjadi kemenangan-kemenangan. Di antaranya, Perang Badar dan Fathu Makkah.

"Pandemi wabah Covid-19 sekarang ini sesungguhnya juga mengandung hikmah dan pelajaran besar dari Allah bahwa kekuatan teknologi, manusia, logika, itu memang tidak ada apa-apanya, dibandingkan dengan kekuatan Allah, kekuatan Alquran," kata Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Mujib Qulyubi kepada Republika belum lama ini.

Baca Juga

Kiai Mujib mengatakan, situasi pandemi sekarang ini menjadi pelatihan yang baik untuk kembali kepada agama. Dalam keadaan wabah tersebut, Ramadhan sebagai bulan Nuzulul Quran harus membuat setiap Muslim untuk betul-betul semakin mendekatkan diri pada Allah SWT dengan berdiam diri di rumah.

"Ini mengingatkan kita agar minimal satu bulan inilah kita betul-betul lockdown di rumah. Betul-betul mendekatkan diri kepada Allah, minimal khattam Alquran sekali selama bulan Ramadhan," kata dia.

Kiai Mujib mengatakan, pandemi ini peringatan dari Allah agar umat Muslim dekat dengan Alquran dengan membacanya Alquran secara lahiriah selam satu bulan sampai khattam. Nuzulul Quran ini juga, sebagai pengingat bahwa agama harus dinomorsatukan, dan tidak boleh seorang Muslim jauh dari Alquran sebagai petunjuk Allah.

"Jadi makna Nuzulul Quran adalah marilah kita kembali kepada ajaran Allah SWT yang tercantum dalam Alquran yang sangat komprehensif mengatur kehidupan kita sejak bangun tidur sampai mau tidur kembali, bahkan ketika tidur," tuturnya.

Alquran, jelas Kiai Mujib, telah mengatur seluruh aspek kehidupan secara lengkap. Tak hanya itu, Nuzulul Quran juga menjadi syiar umat Islam untuk kembali kepada fungsi Alquran, yang salah satunya adalah obat segala penyakit termasuk pandemi wabah saat ini. Para ulama mengajarkan untuk banyak berzikir dan bershalawat serta menyebut asma'ul husna.

"Maka lebih-lebih kepada Alquran, karena Alquran juga bagian dari zikir kita, cinta kita kepada Allah. Orang yang baca Alquran itu artinya sedang komunikasi dengan Allah. Ada dialog dengan Allah, lewat baca Alquran itu. Apabila kita cinta pada zikir dan shalawat, maka naif kalau kita tidak cinta dengan Alquran," katanya.

Mencintai Alquran, papar Kiai Mujib, harus melandasi cinta kepada shalawat dan zikir. Dengan demikian, memperbanyak doa memang bagus, tetapi juga akan lebih bagus jika memperbanyak membaca Alquran. Melalui Alquran, patut diyakini bahwa virus corona datang dari Allah SWT dan Allah-lah yang punya kewenangan untuk menempatkan virus tersebut di tempat yang layak, bukan di manusia.

"Semua itu datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah SWT. Dalam konteks ini, kita harus tenang tetapi tetap waspada. Ikhtiar lahir penting, ikhtiar batin lebih penting lagi. Jadi kalau ada yang mengatakan kenapa takut sama virus, dan tidak takut pada Allah, tidak begitu logikanya. Jangan jatuhkan diri kita kepada kerusakan. Kalau ada potensi besar wabah, maka kita harus hindari. Alquran menyuruh kita untuk ikhtiar dan menghindari kerusakan, lalu tawakal kepada Allah SWT," ucapnya.

Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad menilai, Alquran diturunkan oleh Allah kepada manusia untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Tanpa Alquran tidak mungkin manusia tahu tentang bagaimana hidup yang baik dan mencari keridaan Allah SWT. Karena itu, Alquran itu adalah buku pedoman bagi umat Muslim. Kalau tidak dibaca, tidak diamalkan, maka akan terjadi kesesatan.

"Dalam situasi musibah yang luar biasa ini, wabah corona ini, Alquran sudah mengingatkan setiap musibah dan setiap ujian itu peringatan dari Allah yang intinya dalam Alquran (Arrum: 41) itu disebutkan agar mereka mudah-mudahan kembali," katanya.

Menurut Dadang, pandemi wabah corona ini merupakan peringatan kepada manusia yang sudah terlalu percaya diri keapda kemampuannya dari segi kekuasaan, ekonomi, kecerdasan dan segala macam. Allah SWT memberikan peringatan supaya mereka kembali pada jalan Tuhan, agama, bahwa yang berkuasa itu adalah Tuhan.

"Dan sekarang kekuasaan itu tidak ada artinya. Lumpuh semua tidak berdaya. Lalu ibadah pun kadang-kadang dipakai untuk kesombongan, pergi umrah berkali-kali. Orang ingin menunjukkan kesalehannya dengan kesombongan, mereka tidak mau bertawadhu, rendah hati dalam beribadah, maka sekarang tempat ibadahnya ditutup. Saya kira ini betul-betul peringatan, semoga mereka kembali pada jalan-Nya," kata dia.

Lebih lanjut, Dadang juga menjelaskan, Allah SWT sengaja memilih Ramadhan sebagai bulan turunnya Alquran dari lauhul mahfuz ke langit dunia, yang kemudian diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur. Hal ini di antaranya karena Ramadhan merupakan bulan perjuangan kaum Muslimin. Di dalamnya terjadi kemenangan yang diraih umat Muslim kala itu seperti Perang Badar dan peristiwa penting lainnya.

Lantas apakah mungkin umat Muslim yang sekarang sedsng dilanda musibah wabah corona bisa menag melawannya? Dadang mengungkapkan, umat Muslim harus memanjatkan doa dan meningkatkan amal ibadah. Di bulan Ramadhan dibukakan pintu doa selebar-lebarnya dan waktunya semakin dekat dengan Allah dengan doa yang khusyu.

"Insya Allah di Ramadhan ini, melalui doa kaum Muslimin untuk keselamatan dirinya, keluarganya, bangsanya, dan manusia pada umumnya akan di-ijabah oleh Allah SWT. Semoga pada bulan Ramadhan ini terjadi kemenangan bagi kita melawan corona dengan doa dan usaha," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement