Kamis 07 May 2020 16:43 WIB

Drajad Wibowo: Hanafi Rais Masih Kader PAN

Menurut Drajad, dalam surat Hanafi tidak ada kalimat 'mengundurkan diri dari PAN'.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ratna Puspita
Hanafi Rais (tengah)
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Hanafi Rais (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pakar partai Amanat Nasional (PAN) Drajad Wibowo memastikan bahwa Hanafi Rais masih menjadi kader PAN. Hal itu dia ungkapkan menyusul wacana terbentuknya PAN reformasi seperti dikatakan salah satu pendiri PAN, Amien Rais.

"Belum tahu saya. Karena dalam surat Hanafi itu tidak ada kalimat 'mengundurkan diri dari PAN'. Jadi saya tahunya Hanafi masih kader PAN," kata Drajad Wibowo di Jakarta, Kamis (7/5). 

Baca Juga

Dia meminta Hanafi untuk mempertimbangkan kembali keputusannya tersebut. Mantan wakil ketua fraksi PAN di DPR RI itu berharap bahwa keputusan yang diambil Hanafi bukan harga mati dan hanya merupakan dinamika politik sesaat saja.

Tak hanya mundur dari kepengurusan PAN, Hanafi juga mengundurkan diri sebagai Ketua Fraksi PAN di DPR RI. Pengunduran diri itu tertera dalam surat tertanggal 5 Mei 2020 yang ditandatangani langsung oleh Hanafi di atas materai.

Drajad menjelaskan, keinginan Hanafi Rais meninggalkan kursi anggota dewan tidak bisa segera terlaksana. Dia mengungkapkan, UU nomor 2 tahun 2008 tentang MD3 menyatakan bahwa partai politik harus mengirim surat kepada ketua DPR dan presiden kalau anggotanya yang ingin mengundurkan diri.

Drajad mengatakan, artinya berdasarkan UU MD3 tersebut jika partai politik tidak menulis surat ke pimpinan DPR dan Presiden maka pengunduran diri seorang anggota DPR tidak bisa diproses oleh negara. Dia menegaskan bahwa peraturan tersebut berlaku bagi semua anggota DPR RI.

"Jadi status hukum yang bersangkutan tetap anggota DPR," kata Drajad lagi.

Sebelumnya, Hanafi mengungungkapkan alasan pengungduran dirinya akibat PAN telah melewati Kongres V yang penuh kekerasan dan mencoreng wajah partai. Putra Amien Rais itu mengatakan, forum lima tahunan tersebut seharusnya menjadi momentum untuk memperbaiki partai.

Menurutnya, kecenderungan melakukan konformitas terhadap kekuasaan, bukanlah sikap yang adil. Padahal, banyak kader dan simpatisan menaruh harapan PAN menjadi antitesis dari pemegang kekuasaan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement