Kamis 07 May 2020 04:00 WIB

Analisis Pengamat Soal Penyebab Inflasi Rendah

Inflasi pada April dinilai hal yang wajar.

Rep: Ali Mansur/ Red: Muhammad Hafil
Analisis Pengamat Soal Penyebab Inflasi Rendah. Foto: Inflasi (ilustrasi)
Analisis Pengamat Soal Penyebab Inflasi Rendah. Foto: Inflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti bidang Ekonomi, The Indonesian Institute (TII) Rifki Fadilah, mengatakan rendahnya inflasi pada April 2020 disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat saat ini merupakan hal yang wajar. Kemudian saat ini indeks keyakinan konsumen berada juga dalam zona pesimistis. Ditambah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat penurunan penghasilan, baik gaji dan honor, maupun omzet usaha.

“Hal ini juga tercermin dari menurunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, di mana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan April 2020 adalah sebesar 84,8 atau turun drastis dari bulan sebelumnya yang sebesar 113,8,” ujar Rifki dalam pesan singkatnya kepada Republika.co.id, Rabu (6/5)

Baca Juga

Lanjut Rifki, saat ini Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja turun menjadi 41,2. Ini disebabkan banyaknya pengurangan tenaga kerja yang dilakukan perusahaan akibat Covid-19. Oleh sebab itu masyarakat saat ini secara behavioral akan lebih memilih untuk menahan belanjanya dan menyimpan uangnya sebagai dana darurat.

"Hal ini juga diperparah dengan ketidakpastian kapan pandemi ini akan selesai dan kondisi ekonomi Indonesia yang masih bergejolak, serta adanya ancaman PHK yang masih menghantui," terang Rifki.

Untuk mengatasi hal tersebut kedepannya, Rifki menyebutkan pentingnya peningkatan efektivitas pelaksanaan PSBB di sejumlah wilayah. “Semakin patuh masyarakat terhadap aturan PSBB, maka akan semakin cepat penyebaran Covid-19 ini dapat ditekan dengan efektif,” ungkap Rifki.

Rifki menjelaskan, jika angka penyebaran ini dapat secara signifikan ditekan, maka kebijakan PSBB juga dapat segera diakhiri, jika tidak diberikan kelonggaran dalam penerapannya. Dengan demikian, hal ini akan memberi waktu bagi Pemerintah dan segenap perangkatnya, serta berbagai pemangku kepentingan untuk bersama-sama mempersiapkan diri.

"Untuk menata lingkungan sosial dan ekonomi secara bertahap, agar masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa dan ekonomi akan kembali berjalan normal," tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement