Rabu 06 May 2020 07:26 WIB

Ini Syarat Sektor Pertanian Bertahan di Era Pandemi Covid-19

Rektor IPB University paparkan peran PT Vokasi Pertanian di masa pandemi Covid-19.

Sejumlah petani beraktivitas menanam padi pada lahan pertanian di wilayah Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Kementerian Pertanian tengah mempersiapkan kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam pembukaan lahan pertanian atau cetak sawah seluas 600.000 hektare yang terdiri dari 400.000 hektare lahan gambut dan 200.000 hektare lahan kering sebagai antisipasi terjadinya kekeringan dan ancaman kelangkaan pangan, seperti yang diperingatkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Sejumlah petani beraktivitas menanam padi pada lahan pertanian di wilayah Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Kementerian Pertanian tengah mempersiapkan kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam pembukaan lahan pertanian atau cetak sawah seluas 600.000 hektare yang terdiri dari 400.000 hektare lahan gambut dan 200.000 hektare lahan kering sebagai antisipasi terjadinya kekeringan dan ancaman kelangkaan pangan, seperti yang diperingatkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pandemi Covid-19 menyebabkan berbagai sektor penting mengalami gangguan dan permasalahan. Salah satu sektor penting yang terdampak akibat pandemi Covid-19 adalah sektor pertanian. Pasalnya, sektor pertanian merupakan sektor vital dalam menjaga ketersediaan pangan selama masa pandemi sampai pandemi berakhir.

Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria menyampaikan,  sektor pertanian akan bertahan dan menjadi pemenang apabila kondisi kesehatan petani tetap terjaga dan jauh dari paparan Covid-19, kesejahteraan petani terjamin, dan adanya shifting paradigm dari sekedar ketahanan pangan menjadi kemandirian dan kedaulatan pangan.

“Petani seringkali menjadi looser karena panjang dan ruwetnya rantai pasok, harga produk-produk pertanian ditentukan oleh middle man, kualitas produk tidak maksimal akibat buruknya sistem agrologistik, dan pada saat yang bersamaan konsumen lebih tertarik terhadap produk yang berkualitas,” papar Prof Arif Satria ketika mengisi webinar yang diselenggarakan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian,  pada Kamis (30/4) seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Lebih lanjut ia menerangkan, IPB University sebagai perguruan tinggi yang memiliki pendidikan vokasi, berperan dalam pengembangan dan diseminasi teknologi tepat guna di bidang pertanian;  pengembangan dan pendampingan model bisnis pemberi nilai tambah yang berbentuk korporasi berbasis kelompok tani bekerja sama dengan market place, BUMN, offtaker, maupun startup;  pengembangan agrologistik yang berbasis pada teknologi mutakhir dan pendidikan konsumen cerdas;  perlindungan konsumen; serta  peningkatan kualitas konsumsi pangan konsumen.

Dalam rangka mendukung peran tersebut, Prof Arif Satria mengaku IPB University telah meresmikan Entrepreunership Teaching Center Sekolah Vokasi yang dijadikan sebagai wadah bagi mahasiswa untuk menjadi wirausaha. Di samping itu, Sekolah Vokasi IPB University juga memberikan pelatihan bagi peserta program kartu Prakerja dengan model Teaching Factory (TEFA).

“Saat ini IPB University juga memiliki program Young Agripreneur dan One Village One CEO yang bekerjasama dengan Provinsi Jawa Barat. Kami juga sedang mengembangkan sistem Integrated Agrobusiness System 4.0  dan banyak mahasiswa IPB University yang telah melakukan aksi pendampingan terhadap petani selama pandemi Covid-19 ini,” tutupnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement