Selasa 05 May 2020 13:18 WIB

Panen Raya Bergeser, Sektor Pertanian Tumbuh Melambat

Selain pertanian, perdagangan dan industri juga mengalami perlambatan pertumbuhan

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Hiru Muhammad
Pengunjung memilih sayuran di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (28/4). Saat Ramadhan, harga komoditas pertanian mengalami fluktuatif salah satunya harga cabai turun dari Rp 60.000 saat ini dikisaran Rp 24.000 per kilogram karena suplai cabai dari sejumlah dareah mencukupi.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Pengunjung memilih sayuran di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (28/4). Saat Ramadhan, harga komoditas pertanian mengalami fluktuatif salah satunya harga cabai turun dari Rp 60.000 saat ini dikisaran Rp 24.000 per kilogram karena suplai cabai dari sejumlah dareah mencukupi.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -– Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan sektor pertanian pada kuartal pertama hanya 0,02 persen. Nilai ini jauh melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu maupun 2018 yang mampu tumbuh masing-masing 1,082 presen dan 3,35 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pergeseran musim panen raya menjadi penyebab utama perlambatan pertumbuhan sektor pertanian tahun ini. "Pada awal 2019, panen raya terjadi pada Maret, berarti pada triwulan satu. Pada 2020 ini, jatuhnya pada April (kuartal kedua)," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (5/5).

Suhariyanto berharap, pertumbuhan sektor pertanian dapat membaik pada kuartal kedua, setelah musim panen raya. Dengan begitu, sektor ini mampu menjadi pengungkit dan membantu perekonomian mengingat kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 12,84 persen.

Dari beberapa lapangan usaha, tanaman pangan mengalami kontraksi paling dalam yakni 10,31 persen. Ini terjadi karena adanya cuaca ekstrim pada awal tahun yang memperparah faktor pergeseran musim panen padi.

Di sisi lain, tanaman perkebunan mengalami pertumbuhan 3,97 persen pada kuartal pertama tahun ini, lebih baik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, 3,36 peresen. "Pertumbuhan ini dikarenakan meningkatnya produksi beberapa komoditas perkebunan," tutur Suhariyanto.

Begitupun dengan lapangan usaha kehutanan dan penebangan kayu yang mampu tumbuh 5,31 persen. Pada kuartal pertama tahun lalu, subsektor ini tumbuh negatif 2,84 persen. Perbaikan dikarenakan adanya kenaikan produksi kayu tanaman.

Perlambatan pertumbuhan tidak hanya dirasakan pada sektor pertanian. Industri dan perdagangan yang memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan pertanian juga mengalami kondisi serupa. "Seluruh sektor masih tumbuh, tapi mayoritas tumbuh melambat dibandingkan triwulan pertama 2019," kata Suhariyanto.

Pada kuartal pertama, sektor industri tumbuh 2,06 persen, sedangkan pada kuartal pertama tahun lalu mampu menyentuh 3,85 persen. Sementara itu, sektor perdagangan melambat lebih dalam, yakni dari 5,21 persen pada kuartal pertama 2019 menjadi 1,60 persen pada periode Januari-Maret 2020.

Ketiga sektor ini memberikan kontribusi 45 persen terhadap PDB. Tapi, sektor informasi dan komunikasi menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 0,53 persen. Sektor ini mampu tumbuh 9,06 persen pada kuartal pertama tahun lalu menjadi 9,81 persen pada kuartal pertama ini.

BPS merilis, ekonomi Indonesia pada kuartal pertama hanya tumbuh 2,97 persen secara tahunan, melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, 5,07 persen. Suhariyanto menjelaskan, ini menjadi laju ekspansi terlambat selama 19 tahun terakhir. "Terendah sejak triwulan pertama 2001," katanya. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement