Selasa 05 May 2020 10:22 WIB

30 Tahun Bermusik, Didi Kempot tak Lepas dari Campursari

Puluhan tahun berkarya, Didi Kempot konsisten di genre 'Campursari'.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Puluhan tahun berkarya, Didi Kempot konsisten di genre 'Campursari' (Foto: Didi Kempot)
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Puluhan tahun berkarya, Didi Kempot konsisten di genre 'Campursari' (Foto: Didi Kempot)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Didi Kempot tutup usia pada Selasa (5/5) pagi. Meski demikian, karya-karya 'Godfather of Broken Heart atau Lord Didi' itu akan terus abadi. Berbagai tembang seperti "Stasiun Balapan", "Sewu Kuto", "Pamer Bojo", hingga "Cidro" menyentuh banyak penikmat musik.

Selama 30 tahun berkarya, Didi Kempot tetap konsisten menjadi penyanyi dan pencipta lagu campursari. Dalam setiap kesempatan, pemilik nama lengkap Dionisius Prasetyo itu selalu menyatakan bangga menjadi seniman tradisional.

Baca Juga

Musisi asal Surakarta tersebut merasa berkewajiban melanggengkan pelestarian musik tradisional. Tidak heran karena Didi terlahir dari keluarga seniman tradisi. Dia adalah putra pasangan Ranto Edi Gudel dan Umiyati Siti Nurjanah.

Sang ayah adalah pemain ketoprak, sementara ibunya adalah penyanyi tembang Jawa. Didi mengikuti jejak ibunya, sementara kakaknya, Mamiek Prakoso, meneladani sang ayah menjadi pemain ketoprak hingga dikenal sebagai pelawak senior Srimulat.

Pada wawancara Maret silam, Didi menyatakan sejak kecil punya kepercayaan besar terhadap kesenian tradisional. Dia belajar dari ayahnya yang mampu menghidupi keluarga dari honor sebagai pemain ketoprak. Itu yang membuat Didi tidak ragu menjadi seniman tradisi.

Awalnya, Didi mengamen di Surakarta, lantas mengadu nasib ke Jakarta pada 1987. Sematan 'Kempot' di belakang namanya adalah kependekan dari Kelompok Pengamen Trotoar, grup musik tempat dia tergabung sebelum masuk ke dunia rekaman.

Setelah memiliki album pertama, Didi menceritakan bahwa tembang "Cidro" kurang terkenal di Indonesia, tetapi justru sangat digemari turis asal Belanda dan Suriname, Amerika Selatan. Lagu bahkan diputar di stasiun radio Belanda.

Sudah belasan kali Didi bolak-balik Indonesia, Suriname, dan Belanda. Dia tidak menyangka seorang penyanyi mantan pengamen jalanan seperti dirinya bisa menulis lagu yang digemari penikmat musik di Eropa.

"Dari semua itu, yang betul-betul membanggakan saya adalah mengadakan konser di negara saya sendiri. Membanggakan karena Indonesia bisa menerima dan menghargai tembang-tembang tradisional," kata Didi kala itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement