Senin 04 May 2020 20:28 WIB

Hikmah Lapar Menurut Imam Ghazali

Imam Ghazali mengutip sabda Nabi tentang perut lapar dan hati dan pikiran yang tajam

Ilustrasi wajah Imam Al-Ghazali.
Foto: ristu-hasriandi.blogspot.com
Ilustrasi wajah Imam Al-Ghazali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibadah puasa Ramadhan menjadikan kita "akrab" dengan rasa lapar. Dalam Alquran, kelaparan merupakan salah satu cobaan dari Allah Ta'ala kepada setiap makhluk-Nya.

Kalau seseorang mampu dan sabar menghadapi kelaparan, Allah akan memberi kabar gembira berupa pahala. "Dan, sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sebagian ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan, berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar" (Al-Baqarah: 155).

Baca Juga

Akan tetapi, boleh jadi kelaparan yang menimpa suatu negeri disebabkan kufur nikmatnya penduduk negeri tersebut. "Dan, Allah telah membuat suatu perumpamaan, sebuah negeri yang dulu aman dan tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat. Tetapi, (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, lantaran itu Allah menimpakan kepada mereka 'pakaian' kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat" (Al-Nahl: 112).

Ayat ini menggambarkan bahwa kelaparan dan ketakutan pernah menimpa Mekah yang pernah dijamin aman sentosa. Cobaan itu datang ke kota suci setelah penduduknya tidak mau mensyukuri nikmat Allah.

 

Hikmah lapar

Renungkanlah nasihat dari Imam al-Ghazali. Ia menyebutkan, kelaparan yang diikuti dengan kesabaran dan kesadaran atas dosa-dosa. Itu akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar.

Lapar, kata al-Ghazali, dapat menjernihkan hati dan pikiran. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menjadikan perutnya lapar, maka pikiran dan hatinya menjadi tajam."

Tiada yang dapat menundukkan nafsu melebihi rasa lapar. Nabi bersabda, "Aku ingin sehari lapar, dan sehari kenyang. Bila aku lapar, aku menjadi sabar dan tawadhu, dan bila kenyang aku bersyukur."

Dengan terbiasa lapar, papar al-Ghazali, kita justru akan merasa puas dengan sedikit harta yang kita miliki. Beban biaya hidup keseharian akan kita rasakan ringan. Rasa syukur akan semakin meningkat. Kesadaran sosial kita akan lebih tinggi terhadap orang-orang fakir miskin.

Dalam bulan puasa ini, semestinya semua Muslim bahu-membahu meringankan beban orang-orang fakir.

Rasulullah SAW bersabda, "Hai anak Adam, jika kamu memberikan kelebihanmu maka akan lebih baik untukmu dan bila engkau menahannya akan berbahaya kepadamu, dan kau tidak akan tercela atas kesederhanaanmu" (HR Muslim).

Dalam hadis lain, diriwayatkan Abdullah Amru bin Ash berkata, "Ada seorang bertanya kepada Rasulullah SAW: Kelakukan apakan yang terbaik dalam Islam?'' Jawab Nabi: ''Memberi makan kepada orang yang kekurangan" (HR Muslim).

sumber : Hikmah Republika oleh Idris Thaha
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement