Ramadhan di Italia dan Misi Yang Belum Tergenapi

Red: Muhammad Subarkah

Senin 04 May 2020 17:48 WIB

Pasukan Ottoman di Andalusia Foto: wikipedia Pasukan Ottoman di Andalusia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Penulis Buku dan Traveller.

"La Grande Aquila è Morto- Elang Perkasa itu sudah mati," secarik pesan pendek itu disampaikan pada Paus yang sudah menanti dengan harap-harap cemas.

Kabar itu disambut dengan gegap gembita di Eropa. Meriam-meriam ditembakkan dan lonceng-lonceng gereja dibunyikan, penduduk berpesta selama tiga hari berturut-turut. Kematian yang begitu dinantikan.

Hari itu, 3 Mei 1481 dunia Islam berduka. Sang Pembebas mangkat. Di tengah persiapan menyelesaikan misi terbesar kedua yang sudah diimpikan sejak belia: membebaskan Roma.

Misi pertama telah diselesaikan 28 tahun sebelumnya. Seperti yang dinubuwatkan Rasulullah SAW di Perang Tabuk. Pemimpin terbaik dengan pasukan terbaik yang akan membebaskan Konstantinopel. Dan kehormatan itu didapat Sultan Muhammad Al Fatih bersama pasukannya.

Tujuan berikutnya setelah Konstnastinopel yang kemudian diganti nama menjadi Islambol, yang sekarang disebut Istanbul, adalah Roma. Berturut-turut negeri-negeri di sekitar berhasil dibebaskan. Tahun 1479, pasukan besar itu telah sampai di perbatasan Italia di sebelah utara Venesia. Tahun 1480 kota Otranto direbut. Kota Roma tinggal sejengkal mata.

Qadarallahu wa maa sya'a fa'al: takdir Allah adalah apa yang dikehendakiNya dan itu pasti terjadi.

Di tengah persiapan jihad itu, penyakit radang sendi yang diderita Sultan sejak tahun 1470 makin parah. Hingga malaikat maut menjemputnya di usia 49 tahun.

Innalillahi wa innailaihi rojiun.

Bilakah misi itu terpenuhi?

Ulama terkemuka, Syekh Yusuf Al-Qaradhawi, memberikan catatan khusus tentang Italia, lebih spesifik tentang penaklukan ibukota Romawi itu (Roma).

Bukan dengan meriam dan mesiu, melainkan dengan pena, buku, dan ilmu pengetahuan. "Penduduk negeri itu akan masuk Islam dengan kesadaran sendiri dengan semakin gencarnya penyebaran informasi tentang Islam di dunia ini," ungkap Ketua Persatuan Ulama Sedunia itu.

Bulan Ramadhan ini, di tengah pandemi yang belum kunjung teratasi, syiar dakwah melalui sosial media begitu marak di sana. Seperti yang disampaikan Imam Izzedin Elzir dari Florence sekaligus eks President Union of Islamic Communities dan Organizations, Imam Amar Abdallah dari Naples dan imam masjid Al-Wahid di Milan, Yahya Pallavicini, pada Arab News.

"Ini akan menjadi Ramadhan yang berbeda. Kondisi terkini di Italia dan seluruh dunia memaksa kita untuk tetap tinggal di rumah, namun syiar dakwah tetap bisa dilakukan melalui sosial media.”

Yang menarik adalah seruan Asosiasi Nasional Muslim Italia (ANMI). Asosiasi ini mengimbau umat Islam di Italia untuk melakukan adzan dari balkon apartemen masing-masing setiap Jumat pukul 18.00 waktu setempat.

Kegiatan itu diizinkan otoritas setempat dan diharapkan menjadi cara bagi masyarakat Italia untuk merajut ukhuwah serta bagian dari doa yang dipanjatkan bersama.

MasyaAllah.

Allah sisakan satu pahala bagi generasi kita untuk menggenapkan misi yang belum terselesaikan oleh Sultan Muhammad Al Fatih sebelumnya.

Biidznillah.