Senin 04 May 2020 16:00 WIB

Kota Pangkalpinang pada April Deflasi 0,92 Persen

Harga berbagai komoditas menunjukkan penurunan.

Deflasi. Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat Kota Pangkalpinang pada April 2020 mengalami deflasi 0,92 persen.
Foto: Republika
Deflasi. Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat Kota Pangkalpinang pada April 2020 mengalami deflasi 0,92 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat Kota Pangkalpinang pada April 2020 mengalami deflasi 0,92 persen atau terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 103,26 menjadi 102,31.

"Perkembangan harga berbagai komoditas selama pendemi Covid-19 atau selama April tahun ini secara umum menunjukkan adanya penurunan," kata Kepala BPS Provinsi Kepulauan Babel, Dwi Retno Wilujeng Wahyu Utami di Pangkalpinang, Senin (4/5).

Baca Juga

Ia mengatakan berdasarkan hasil pemantauan BPS di sejumlah pasar tradisional dan moderen Kota Pangkalpinang, indeks harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau turun 1,52 persen, transportasi 2,78 persen dan kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan turun sebesar 1,56 persen. Sedangkan kelompok yang mengalami inflasi yaitu kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga naik 0,11 persen, penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,06 persen dan perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,24 persen.

"Kelompok pakaian dan alas kaki, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, kelompok kesehatan, rekreasi, olahraga dan budaya serta kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan indeks/stabil," ujar Dwi.

Dia menjelaskan, beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada April 2020, antara lain angkutan udara, ikan segar (kembung, selar, kerisi, tenggiri, bulat), biaya pulsa ponsel, daging ayam ras, cabai merah, dan cabai rawit. Sementara komoditas yang mengalami peningkatan harga pada April 2020, antara lain bawang merah, sawi hijau, emas perhiasan, gula pasir, popok bayi sekali pakai, air kemasan, ikan singkur, pengharum cucian/pelembut, kue kering berminyak, dan pembersih lantai.

"Dari 11 kelompok pengeluaran, hanya tiga kelompok memberikan andil inflasi dan tiga kelompok memberikan andil deflasi serta lima kelompok pengeluaran lainnya tidak mengalami perubahan indeks atau stabil," kata Dwi.

Ia menambahkan, kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi, yaitu kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,01 persen, penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,004 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,06 persen. Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan deflasi, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,47 persen, kelompok transportasi sebesar 0,43 persen, dan kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,09 persen.

"Kelompok pengeluaran yang tidak mengalami perubahan indeks yaitu kelompok pakaian dan alas kaki, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, kelompok kesehatan, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya, dan kelompok pendidikan," kata Dwi.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement