Senin 04 May 2020 15:28 WIB

Ramadhan Bulan Pendidikan dan Latihan

Ramadhan memiliki banyak keistimewaan dibanding dengan bulan-bulan lainnya.

Heri Gunawan, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Foto: dok pri
Heri Gunawan, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Heri Gunawan*

Tidak terasa, walau dalam kondisi pandemi Covid-19, ibadah puasa Ramadhan 1441 H sudah masuk pada fase kedua. Jika pada fase pertama, sepuluh hari pertama Ramadhan dinamakan syahrur rahmah (bulan kasih sayang), maka pada fase kedua atau sepuluh hari kedua, dinamakan syahru maghfirah (bulan ampunan).

Sementara pada fase ketiga dinamakan syahru itqun minan nari (bulan pembebasan dari siksa api neraka). Semoga segala amal ibadah puasa dan ibadah lainnya di bulan Ramdhan ini, diterima Allah SWT.

Tingkatan Berpuasa

Meski sama-sama melaksanakan puasa Ramadhan, tidak semua orang melaksanakan puasa dengan kualitas yang sama. Karena, menurut al-Ghazali, orang yang melaksanakan puasa dibagi kepada pada tiga tingkatan, yakni puasa ‘umum, khusus, dan khusus al-khusus. 

Jika seseorang hanya berpuasa dengan menahan diri dari tidak makan dan minum, tetapi perbuatan-perbuatan maksiat tetap dilakukannya, maka hal ini termasuk pada jenis tingkatan puasa yang pertama. Puasa jenis ini dilakukan oleh kebanyak orang. Oleh karena disebut puasa umum (mayoritas). Karena pada umumnya, mereka hanya memahami puasa dengan cara menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa yang tampak saja. Tingkatan orang yang melaksanakan puasa seperti ini tidak mendapatkan (pahala) apa-apa dari puasanya, kecuali haya rasa lapar dan dahaga saja.

Berbeda dengan tingkatan puasa yang kedua, selain melaksanakan puasa pada tingkatan yang pertama, juga menahan telinga, mata, tangan, kaki dan seluruh anggota tubuhnya dari berbuat dosa. Puasanya yang seperti ini ialah puasanya orang-orang saleh. Mereka tahu bahwa puasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi menahan diri dari berbuat maksiat, serta perbuatan sia-sia dan negatif lainnya. 

Ketika melaksanakan ibadah puasa mereka juga menjaga diri untuk selalu  mendirikan shalat fardhu, melaksanakan shalat sunah, memperbanyak membaca Alquran dan bersedekah. Tidak melakukan ghibah (bergosip), namimah (mengadu domba), mencari-cari kesalahan dan membuka aib orang lian, menggunjing, memfitnah, serta tidak menyebarkan berita bohong (hoaks) dan lain sebagainya.

Adapun puasa tingkatan yang ketiga, ialah puasa yang sangat khusus, yang hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu. Selain melaksanakan puasa pada tingkatan pertama dan kedua, mereka juga menahan diri agar hantinya terhindar dari kehinaan, memikirkan dunia, serta memikirkan hal-hal selain Allah SWT. Maka model puasa seperti ini pelakunya selalu memfokuskan pikiranya untuk selalu mengingat Allah Swt. 

Bagi mereka yang melakukan puasa pada tingkatan kedua dan ketiga, maka baginya adalah pahala yang dijanjikan. Mereka dijanjikan akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT, sehingga ia akan mencapai derajat orang yang bertakwa sebagaimana disebutkan dalam pengujung surah al-Baqarah ayat 183. 

Termasuk dalam kelompok tingkatan yang manakah puasa yang telah kita lakukan di sepuluh hari pertama Ramadhan 1441 H ini? Tentu tidak ada yang bisa menjawab, kecuali yang bersangkutan. Karena hanya pelaku dan Allah-lah yang tahu. Hal ini disebabkan, ibadah puasa merupakan satu ibadah yang sangat rahasia. 

Bulan Pendidikan

Ramadhan termasuk sayyidus suhur yang memiliki banyak keistimewaan dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Bagi umat Islam bulan Ramadhan merupakan bulan pendidikan dan latihan. Selama satu bulan penuh mereka dididik dan ditempa dalam “panas” nya Ramadhan. Dididik dan dilatih menjadi pribadi-pribadi yang kuat, tangguh baik secara pisik maupun rohani. Memiliki kesalehan spiritual dan sosial sekaligus. 

Kesalehan spiritual dinyatakan dengan melaksanakan berbagai perintah Allah dan rasul-Nya seperti berpuasa, mendirikan ibadah fardhu, ibadah-ibadah sunah (tarawih, rawatib dan lain sebagainya), memperbanyak bacaan Alquran, dan bahkan mentadabburi-nya, bershalawat atas Nabi dan beristighfar memhomon ampun kepada Alllah.

Sementara kesalehan sosial dinyatakan dengan kepedulian terhadap fakir, miskin, anak-anak yatim dan kaum mustad’afin. Pada masa pandemi Covid-19 kepedulian terhadap sesama juga bisa dilakukan dengan tidak banyak kegiatan di luar rumah (stay at home) dengan melakukan kegiatan iabadah, belajar dan kerja dari rumah (work from home), kecuali dalam keadaan tertentu yang mengharuskan, agar tidak tertular dan menularkan virus kepada orang lain. 

Ramadhan juga mendidik dan melatih diri agar menjadi pribadi yang disiplin. Disiplin dengan waktu, dengan hanya sahur dan berbuka pada waktu yang telah ditentukan. Disiplin dengan makanan, tidak boleh makan dan minum secara berlebihan ketika berbuka, walau di siang hari merasakan lapar dan dahaga. Ramadhan juga melatih diri menjadi pribadi yang jujur. Jujur terhadap diri sendiri, dan kepada orang lain. 

Adanya pesan Nabi, "shumuu tashihu", maka puasa Ramadhan juga mendidik menjadi hidup lebih sehat. Sehat jasmani dan ruhani. Kebiasaan makan berlebihan di selain bulan Ramadhan tentu memiliki dampak buruk terhadap kesehatan tubuh kita. Maka pada bulan Ramadhan ini memberikan kesempatan kepada tubuh untuk beristirahat paling tidak selama 13 jam sehari, maka hal ini menjadi cara detoks mengeluarkan racun-racun dari tubuh. Sebab asal tiap-tiap penyakit adalah disebabkan terlampau kenyang. 

Dengan demikian, bulan Ramadhan menjadi momentum bagi kita untuk meningkatkan kualitas diri, melakukan perbaikan-perbaikan prilaku, amal kebajikan menuju derajat yang paling tinggi yakni kelompok orang yang bertakwa, sebagaimana dijanjikan. Sehingga pantas mendapatkan ucapan "minal aidin wal faizin" (kelompok orang-orang yang kembali kepada kesucian dan keberuntungan). 

Ramadhaniyun

Walau dikatakan hawa bulan Ramadhan merupakan bulan agung, bulan dilipatgandakanya pahala. Akan tetapi hendaknya kita tidak termasuk kepada kelompok ramadhaniyun yang hanya memiliki semangat beribadah dan beramal pada bulan Ramadhan saja. 

Akan tetapi hendaknya kita menjadi kelompok rabbaniyun yakni kelompok orang yang memiliki semangat beribadah ketika bulan Ramadhan serta semangat beribadah setelah selesai Ramadhan. Kelompok robbaniyyun amalnya ibadahnya akan semakin dan lebih meningkat walau Ramadhan telah berlalu. 

Maka puasa Ramadhan yang diyakini memiliki banyak bermanfaat bagi penumbuhan jiwa beriman dan bertakwa, juga bermanfaat besar bagi perkembangan jiwa, watak, tingkah laku dan kepribadian seseorang dapat tercapai dengan baik. Mereka menjadi pemenang-pemenang yang baik. Salah satu indikatornya adalah dapat dilihat dari perilaku sebelas bulan sesudahnya, setelah selesainya ujian dari pendidikan Ramadhan selama satu bulan penuh. Dengan demikian, suksesnya tidaknya proses pendidikan di bulan Ramadhan justru akan terlihat setelah selesai Ramadhan. Wallahu’alam. Semoga! 

*Penulis adalah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement